21 December, 2009

MASIHKAH ADA RABB DI HATI KITA

Sahabat, sekali cobalah lihat
Lihatlah rona muka mereka yang selalu segar
Dan penuh sinar

Sahabat, sekali cobalah tatap
Tataplah pada gaun yang putih lagi bersih
Berbalut sutra
Dan wangi percikan parfum Jerman

Lihatlah pada kemilau
Kilatan biru Dr Marten
Yang menginjak permadani

Dalam racik Giovanni
Digenggamnya Alkitab
Pada sisi kanan jasad

Dengan tangan yang halus dan penuh hikmat
Ditentengnya Alkitab
Menyusuri tapak demi tapak
Meniti jalan hingga bebatuan
Dan berkumpul pada sebuah misa
Lantunkan pujian bagi para dewa


Jasad yang tegak berdiri menancap bumi
Bersimbah kukuh dan harap peluh

Berteman kesegaran Edenia
Terus berteriak lantang
Untuk keagungan sang penebus dosa
Larut dalam melodi
Hanyut dalam simponi
Sejuk dalam harmoni
Ketukan Bethoven yang membuka hari
Penuh kesahajaan
Lekat dalam kecintaan
Pada grafiti dan lukisan
Pada ciptaan yang dianggapnya: tuhan

Diiringi Cerita hebat sang pendeta
Yang berteriak dahsyat dari singgasana
Putar balikkan fakta turutkan nafsunya
Orasikan ayat-ayat yang baru saja diciptanya

Hingga berguguran bulu-bulu burung gereja
Hingga berguncang seluruh jiwa
Hingga tumbang oaks di tepi sahara
Membahana pada tiap lekuk dunia

Sedangkan kita.
Tanpa peduli pada tubuh yang belum sempat kita basuh
Tanpa peduli pada hati yang belum sempat kita sentuh
Tanpa peduli pada tahmid yang mestinya menyapa subuh
Kita raih secarik sarung lusuh
Mulai beranjak pada air wudu
Dalam ketergesaan yang memburu

Karena ikamah telah berkumandang menembus kalbu
Saat kemudian sang imam
Lantunkan indahnya surah Arrahmaan
Pada rakaat yang penghabisan

Begitu sejuk
Begitu damai
Begitu mesra
Begitu cinta
Begitu iba

Dan begitu khusyuknya kita
Nikmati air liur yang kembali kita sembur
Lanjutkan indahnya kembang tidur

Oh indahnya subuh
Yang selalu dihiasi wewangian
Aroma petai jengkol dan juga bakwan

Oh indahnya subuh
Yang selalu diliputi cerita imam dan makmum yang mendengkur
Dan Alquran yang begitu mulia
Terus menangis terhimpit luka

Mushaf suci itu berdiri rapi pada rak almari
Tanpa pernah disentuh sama sekali
Mushaf suci itu hilang seinci demi seinci
Tanpa pernah dicari ke mana lembar itu pergi

Dan Alquran yang begitu mulia
Terus merintih tertimbun nestapa

Mushaf suci itu menjadi isi tas gelap dan kusam
Tertindih sapu tangan dan kaus kaki
Mushaf suci itu hampir kehilangan bentuknya
Tertumpah aqua dan tergores pena
Mushaf suci itu hampir kehilangan kesuciannya
Berteman buku dan majalah penuh cerita nista

Dan Alquran yang begitu mulia
Terus meratap terkubur lara
Mushaf suci itu hampir tiada kelihatan
Karena bersembunyi di balik punggung
Mushaf suci itu hampir tiada tertampakkan
Karena berdiri di balik sarung legam

Seekor keledai
Terus membawa kitab tebal itu kesana kemari
Berhias peluh dan daki

Seekor keledai
Ternyata tak jua mampu pahami arti

Meski dikaruniai akal
Tetap saja menjadi baghal yang begitu bebal

Sahabat
Kita bukan tidak mengerti
Kita bukan tidak pahami
Tapi karena memang cinta kita untuk-Nya

Begitu apa adanya
Dan tak ada apa-apanya
Dibanding apa-apa yang ada pada diri kita
Kita mengaku menyukai-Nya


Tapi kita lebih suka dengan apa yang dibenci-Nya
Kita mengaku mencintai-Nya

Tapi kita lebih suka dengan apa yang dijauhi-Nya
Cinta kita begitu sederhana

Tapi kita terus panjatkan dengan pinta
Kasih kita tidak ada apa-apanya

Tapi kita terus pintakan keindahan surga-Nya
Kita bukan tidak tahu.

Cara terbaik mencintai-Nya
Kita bukan tidak tahu.
Kiat terbaik membahagiakan-Nya

Tapi
Kita memang enggan melakukannya
Karena Begitu cintanya kita pada dunia

Karena
Kita tak ingin kematian itu menghampiri kita


RENUNGKANLAH WAHAI SAHABAT
--------------------------------------------------------------------------------

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home