27 December, 2009

Membina Diri Menjadi Murabbi

Menjadi orang yang shalih dan mushlih adalah buah yang kita harapkan dari proses pembinaan yang kita jalani. Shalih secara pribadi dan mengupayakan tumbuh kembangnya keshalihan pada orang lain merupakan teladan dari Rasulullah SAW dan para salafushshalih yang sepatutnya kita ikuti. Alhamdulillah, saat ini sangat banyak di antara kita yang mendapatkan kesempatan menjadi mentor atau murabbi baik di kampus maupun sekolah. Sesungguhnya yang kita inginkan bukanlah semata banyaknya jumlah adik mentor atau mutarabbi kita.

Akan tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana agar kuantitas dan kualitas selalu merupakan fungsi yang bergradien positif. Atau menurut slogan seorang ikhwah,”Daripada berjuang bersama 20 orang tapi tidak berkualitas, lebih baik berjuang bersama 2000 orang yang berkualitas.”

Kunci utama peningkatan kualitas umat ini terletak di tangan para penyeru seruan Islam itu sendiri. Atau dalam konteks ini berarti penentu penjagaan dan peningkatan kualitas keshalihan para adik mentor/mutarabbi adalah para mentor/murabbi itu sendiri.

Berikut ini adalah beberapa karakteristik yang mesti kita usahakan agar melekat pada diri para mentor/murabbi :
1. Al-Fahmu As-syamil al-kamil, yaitu pemahaman yang sempurna dan menyeluruh terhadap dasar-dasar keislaman dan rambu-rambu petunjuknya, juga terhadap apa yaang akan didakwahkannya, karena seorang mentor/murabbi akan mentarbiyah seseorang yang memiliki akal, perasaan dan pemahaman, dan orang tersebut akan merefleksikan apa yang didengar dan diperhatikan dari sang mentor/murabbi, maka apabila seorang mentor/murabbi tidak memiliki level pengetahuan yang memadai dan wawasan pemahaman yang menyeluruh tentang dasar-dasar keislaman, maka hal itu akan memindahkan sebuah kebodohan kepada adik mentor/mutarabbinya, yang pada gilirannya akan menimbulkan masalah dalam pembentukan kepribadian muslim sang adik mentor/mutarabbi itu sendiri.

2. Waqi’ ‘Amaly, yaitu keteladanan sang mentor/murabbi dengan amal perbuatannya yang secara real tampak jelas pada perilakunya, seperti geraknya, diamnya, bicaranya, atributnya, pandangannya dan ibrohnya, seluruh keteladanan itu adalah buah refleksi dari pengaruh keimanan dan pemahaman dalam kehidupan sang mentor/murabbi, dalam rangka memberikan pengaruh keteladanan yang baik (Qudwah shalihah) pada saat kemunculannya di tengah-tengah masyarakat.

Seorang ulama, Hasan Al-Banna mensifati murabbi dengan sebutan da’i mujahid, lebih jelasnya beliau menyebutkan bahwa da’i mujahid adalah : “Sosok seorang da’i yang telah mempersiapkan segala sesuatunya, yang terus menerus berfikir, besar perhatiannya dan siap siaga selalu”. Begitulah seharusnya seorang mentor/murabbi, tercermin iman dan keyakinannya pada perilaku dan amalnya. Berdasarkan penelitian pada perjalanan kehidupan sang mentor/murabbi, bahwa pengaruh mereka terhadap banyak orang lebih banyak berasal dari perilaku dan akhlaknya yang istiqomah di setiap keadaan. Sudah menjadi pemahaman umum bahwa “Manthiqal Af’al aqwa min manthiqil aqwal” ( Logika amal / perbuatan lebih kuat dari logika kata-kata). Dikatakan pula oleh ulama salafushashalih : “Man lam tuhadzdzibka ru’yatuhu fa’lam annahu ghairu Muhaadzdzab” (Barang siapa yang tidak mendidikmu ketika engkau melihatnya maka ketahuilah bahwa orang itu juga tidak terdidik).

Al-imam Syafi’i rahimahullohu berkata : “Man wa’adzho akhohu bifi’lihi kaana Haadiyan” (Barang siapa yang menasehati seudaranya dengan amal perbuatannya maka berarti ia telah menunjukinya”. Oleh karena itu keteladanan adalah fokus yang sangat sensitif dan halus, karena apa yang tampak pada dirinya jauh lebih besar pengaruhnya dari apa yang diucapkannya (Al-Mandzhor a’dzhomu ta’tsiran minal qoul).

3. Al-khibroh binnufus, yaitu berpengalaman dalam memahami aspek kejiwaan, karena sesungguhnya lapangan kerja seorang mentor/murabbi tidak lain adalah kejiwaan, bergumul dengannya dan menjadikannya sasaran yang pertama dan terakhir dalam proses tarbiyah, sedangkan jiwa tidak seperti gigi sisir, akan tetapi jiwa orang berbeda satu dengan yang lainnya, ada yang lemah, ada yang kuat, ada yang peka dan over sensitif. Ada yang lembut , ada yang keras,bebal dan sebagainya.

Oleh karena itu seorang mentor/murabbi hendaknya menyikapi seseorang sesuai dengan kejiwaannya dan berhati-hati dalam berinteraksi dengannya, maka jangan bersikap terlalu tegas dan keras kepada orang yang jiwanya halus dan peka, melainkan harus dihadapi dengan lemah lembut , sebaliknya orang yang jiwanya keras harus dihadapi dengan ketegasan jika ia lalai dan menyimpang. Adalah Rosululloh SAW sosok murabbi pertama yang berpengalaman dalam ilmu jiwa, beliau tidak mempergauli para sahabatnya dengan sikap yang sama antara yang satu dan lainnya, karena beliau sangat tahu akan tabiat manusia dan kejiwaan mereka. Dalam hadits riwayat Bukhari dari Abdulloh ibnu mas’ud RA. Beliau bersabda : “Adalah Rosululloh SAW pernah beberapa hari lamanya tidak memberikan nasehat dan wejangan kepada kami, karena beliau takut kami menjadi bosan” (Al-Hadits)

Berkaitan dengan Al-khibroh binnufus, banyak contoh keteladanan dari murabbi zaman ini, diantara mereka adalah Hasan al-Banna, di mana telah terjadi dialog antara beliau dengan salah seorang ikhwah, Ikhwah tersebut berkata : “Sesungguhnya ana lagi banyak muskilah dan banyak yang ingin ana adukan kepada Antum, masalah yang ana hadapi ada yang bersifat umum dan ada yang khusus”, maka kata Hasan Al-Banna : “Sudahlah jangan bebani diri Antum dengan masalah itu, serahkan urusan Antum kepada Alloh”, “Tapi, ana ingin Antum tahu”, sergah Akh tersebut, “Sesungguhnya ana sudah tahu” kata Al Banna seraya meyakinkan Akh tersebut, “Jadi ana bahagia kalau antum mau tahu” balas akh tersebut.

Akan tetapi belum sempat ana memulai curhat, beliau sudah mendahuluiku dengan rentetan musykilah dan keluhan yang dialaminya sendiri, bahkan yang mengherankan apa yang diutarakannya sama dengan apa yang ana rasakan . setelah beliau selesai berbicara, maka ana pun berkata kepadanya : “Ya ustadz….. demi Alloh sungguh ana sangat bahagia, dan ana tidak akan mengeluh lagi”, ana mengatakan semua itu sambil terisak dan bercucuran air mata”.

(Tawazun)
by :http://ceritadk.blogspot.com

Labels:

Sepucuk Surat dari Sahabat Dakwah FSLDK (We Miss U)

Hujan semakin deras mengguyur Depok. Jaket hijauku kurapatkan ke tubuh. Masjid Ukhuwwah UI cukup sepi, hanya beberapa orang ikhwan terlihat asyik menekuri mushaf Al-Quran di lantai bawah. Aku tidak mungkin balik ke Surabaya hari ini, karena besok masih ada bahan proposal yang harus aku cari di perpustakaan. Alhamdulillah, ada adik ikhwan teman seperjuangan FSLDKN XII yang akan menjemput.

Sekedar mengusir sepi, kuayun langkah ke arah mading. ‘Info FSLDK’, tulisan itu segera menyita perhatianku. FSLDK kembali mengadakan aksi serentak penolakan terhadap pelarangan jilbab di sekolah negeri oleh pemerintah Perancis. Targetnya Kedubes Perancis untuk Indonesia ‘di-PHK’. Wonderfull! Ghirahku menggelora. Aku ingat semua kenangan setahun lalu, suka duka FSLDKN XII.

“Afwan Mas, ana telat”. Suara seorang ikhwan mengagetkanku. Beriringan kami menuju mobil di depan gerbang mesjid. Di sepanjang jalan, Ahmad dengan sedih bercerita tentang kondisi tim FSLDK sekarang yang kurang semangat, kurang solid dan sederet kondisi lainnya. “Untuk mengkoordinir aksi jilbab Perancis itu saja sulit”, katanya.

Rona sedih mulai membayang di wajahku. Teringat betapa ikhwah-ikhwah sebelumnya yang penuh ghirah mengemban amanah ini. Aku ingat, waktu itu juga kami sempat mengalami ‘kelemahan ghirah’, sampai seorang ukhti mempersembahkan sebuah rangkaian kata mutiara yang tersusun indah, sebuah taushiyah. Seorang ukhti yang selalu mengusung amanah dakwah dengan penuh ghiroh jihad, walaupun kanker tengah menggerogoti tubuhnya. Semoga Allah merahmatimu di FirdausNya, ukhti fillah!

Untuk antum yang sedang mengemban amanah di Lembaga Dakwah Kampus –bersama Forum Silaturrahminya- serta antum yang mengemban amanah di wajihah mana pun, kubuka kembali copy surat taushiyah yang masih kusimpan indah sampai hari ini. Semoga untaian hikmahnya menyalakan kembali ghiroh juang kita, di wajihah mana pun kita.

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Subhanallah, nahmaduhu wa nastaghfiruhu, Ash- sholatu wassalamu ‘ala rasuluhu, Muhammad SAW.

Ana awali tulisan ini dengan merangkai basmalah dan istighfar, semoga Allah menjaga untaian kata ini dari berbagai fitnah, dan menjadikannya semata untuk perbaikan dakwah. Sebab, pada Allah lah semuanya bermuara. Nur-Nya lah yang akan mampu menunjuki kita pada perbaikan kualitas dalam mengemban amanah mewarisi misi para Nabi ini, Insya Allah.

Bersama bait-bait nada ‘La Tas-aluni’ dari klub nasyid Tarbiyah, ana menekan tuts-tuts keyboard, mengajak kita semua merenungi kembali dan bertanya kembali tentang kehidupan kita ini. “La tas-aluni ‘an hayati, fahia asrorul hayat …” (Jangan kalian tanya tentang hidupku. Ia adalah kehidupan yang penuh misteri... )

Kesempurnaan adalah sebuah hal yang mustahil kita raih, dalam kapasitas apa pun. Namun, cukup lah ke-Maha Sempurna-an Allah menjadi motivasi bagi kita untuk terus meningkatkan kualitas amal kita. Karena, kita bergantung kepada zat yang Maha Sempurna, akan kah kita ‘merasa nyaman’ dengan berbagai kekerdilan diri kita tanpa upaya perbaikan yang kontinyu?

Ikhwah,
FSLDK adalah sebuah amanah besar yang ada di pundak kita saat ini, dan di sekeliling kita, begitu banyak ikhwah yang setia menanti karya-karya besar kita untuk akselarasi dan sinergisasi gerak dakwah lewat wajihah Lembaga Dakwah Kampus ini. Perjalanan amanah ini menuntut profesionalisme kerja dari kita semua. Amanah yang nantinya akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Ikhwah,
Adalah layak untuk kita mengevaluasi perjalanan amanah kita sampai hari ini. Sudah optimalkah kita menjalankan amanah kita? Puluhan juta, bahkan ratusan juta dana yang kita habiskan tiap dwitahunan dalam washilah FSLDK, adakah itu sebanding dengan manfaat yang kita peroleh dalam penataan LDK se-Indonesia? Mari membuat daftar pertanyaan sebanyaknya!

Ikhwah,
Kalau jawabnya kita belum optimal, apa penyebabnya? Apakah pemahaman kita tentang washilah ini yang kurang, kemampuan kita kah yang terbatas, atau –naudzu billah- ruh dakwah kita kah yang mulai hambar? Kalau jawabnya tidak sebanding, apa yang harus kita lakukan? Manajemen kita kah yang harus diperbaiki, atau memang washilah ini kurang tepat guna?

Mari cari jawaban dari tiap pertanyaan itu!

Ikhwah,
Ana –dan ana yakin antum juga- punya sebuah ‘mimpi indah’. Mimpi yang membuat ana sedih, ketika di pagi hari ana dihadapkan pada kenyataan bahwa ana harus membuka jendela kamar. Kesedihan yang kemudian ana sadari semestinya menjadi bahan bakar ruh jihad dan nafas harokah islamiyyah. Antum tau, ketika itu aroma yang tertangkap oleh indera pembau adalah aroma kering … aroma kelelahan zaman menanti hadirnya sosok-sosok mujahid dakwah yang mengusung SEMANGAT BARU, menapaki jejak-jejak pemuda Ash-Habul Kahfi mencari ridho Ilahi.

‘Kegelisan zaman itu seakan berbisik lewat angin yang berhembus perlahan, bersama mentari yang mengintip malu di balik awan. Dia bergumam: kapan kah gerangan para warotsatul anbiya’ itu berteriak lantang untuk menebar semerbak harum syariat Islam di bumi ini?

SEMANGAT BARU JEJAK PEMUDA ASH-HABUL KAHFI MENCARI RIDHO ILAHI …………………….

Mimpi itu ikhwah, ana yakin bukan lah cerita negeri dongeng, atau lakon kartun yang utopi. Mimpi itu hanyalah sebuah harapan sederhana, yang berkisah tentang dakwah yang semerbak, bak bunga-bunga mekar di taman firdaus.

Bayangkan ……………..

Suatu hari antum terbangun di sepertiga akhir malam, sekitar jam 3 WIB. Setelah memanjatkan doa, antum bangkit dan beranjak ke kamar mandi. Air wudhu mengaliri anggota tubuhnya meninggalkan kesejukan yang lembut. Lalu pakaian sholat yang harum mulai antum rapikan di tubuh yang ringkih ini. Sesaat sebelum lafaz niat qiyamullail antum lantunkan, indera pendengar antum menangkap sayup-sayup suara tangis yang syahdu menyayat hati. Subhanallah, suara itu milik tetangga sebelah kanan rumah yang sedang qiyamul lail juga. Bukan suara tangis menahan malu karena aib yang tercoreng akibat pergaulan anak gadisnya, bukan pula korupsi yang dilakukan sang ayah atau sejenisnya. Antum pun tertegun sesaat, sembari menggeser posisi sajadah yang mulai ‘kumal’ di ujungnya, pertanda sering dipakai sujud.

Tarikan nafas perlahan berusaha menghadirkan segenap molekul tubuh, dalam ‘perjalanan cinta’ yang akan antum lakukan, menemui zat yang antum akui sebagai Ilah, zat yang padaNya, semua harap dan cinta bermuara. “Yaa ayyuhal-ladziina aamanuu, hal adullukum ‘alaa tijaarotin tunjiikum min ‘adzabin aliim? Tu’minuuna billaahi wa rosuulihii wa tujaahiduuna fi sabiilillah …” lamat-lamat lantunan kalam ilahi itu kembali menyita perhatian antum. Suara itu mengalun syahdu diiringi sesekali isak tangis, seirama dengan tiap kata yang terucap. Pemiliknya tak lain adalah pemuda tetangga sebelah kiri rumah antum.

Perniagaan yang menguntungkan … Rabb … indah nian ni’matMu pada kami yang hina ini. Takbiratul ihram pun antum lantunkan penuh kasyahdua., Kesyahduan yang membawa rindu membuncah, bertemu dengan Rabb sekalian alam.

Suara adzan di masjid mengakhiri untaian do’a panjang antum. Sebuah doa yang berisi pengaduan akan begitu banyak kelemahan dan kesalahan diri, dalam mengemban amanah menjadi khalifah Allah di bumi, amanah yang sebelumnya ditolak oleh seluruh langit dan bumi. Do’a itu berharap pula akan pertolongan Allah untuk para mujahidun di berbagai belahan bumi. Mereka … para pahlawan sejati yang telah menukar Ridha Allah dengan harta, tenaga, dan jiwa mereka.

Mereka … para petarung yang tak pernah surut walau selangkah, dan tak pernah henti walau sejenak. Mereka yang dengan lantang selalu meneriakkan: ALLAHU AKBAR!!! Dalam tiap ritme perjuangannya.

Hampir saja antum tidak mendapat tempat dalam barisan jamaah shalat shubuh, karena antum tiba terlambat, tepat saat muadzzin membaca iqomat. Seluruh jamaah berdiri dalam shaf yang rapi. Pakaian rapi melengkapi wajah-wajah teduh yang selalu terbasuh air wudhu itu. Allah … serasa shalat bersama jamaah para shahabat, degan Rasulullah SAW menjadi sang imam. Kerinduan akan jannahNya semakin membuncah.

Jam menunjukkan pukul tujuh ketika antum membaca doa keluar rumah, dan mengawali langkah dengan kaki kanan. Antum akan menuju kampus hari ini. Di halte, bus kampus berhenti ‘menjemput’ antum. Dengan riang antum menyapa pak sopir lewat salam : “assalamu’alaikum pak, shobahal khoir …”. Tentu antum tak perlu berkelit kesana kemari menghindari bersentuhan dengan non-mahrom, karena bus hanya terisi kaum sejenis dengan antum; Tak Ada Ikhtilath!

Sampai di kampus, antum menikmati kuliah dengan tenang, tanpa harus khawatir akan terkena zina mata, zina hati de-el-el, karena semuanya berjalan dalam sebuah sistem qurani. Setiap bahasan akan mampu meningkatkan ruhiyah antum. Satu lagi … semua fasilitas dapat antum nikmati GRATIS!, karena zakat, infak dan shadaqah kaum muslimin lebih dari cukup untuk membiayai semuanya. SUBHANALLAH ….!!!

Innamal Mu’minuuna ikhwah … Hari itu antum lalui dengan aktivitas yang membangun ‘kesalihan pribadi dan ummat’. Antum saksikan pula bagaimana Allah memenangkan hambaNya lewat ukhuuwwah yang terangkai indah. ISLAM ADALAH RAHMATAN LIL ‘ALAMIN.

Sekarang … buka lah mata antum, lihat lah kembali realita! Ternyata, kita belum dalam dunia indah tadi! Kita masih di sini! Di Sumatera, di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua … yang masih menanti perjuangan para mujahid. Kita masih berjuang di sini! Di FKI Rabbani, Salam, Gamais, JN UKMI, JMMI, Pusdima, Sentra Kerohanian Islam, UKM Birohmah, dan lainnya. Berjuang lewat wajihah LDK tuk sebuah tujuan mulia: TEGAKNYA IZZAH ISLAM WAL MUSLIMUN!

Dan … perjalanan perjuangan itu ikhwah. Masih jauh … hampir tak bertemu ujung. Penuh aral nan melintang, penuh onak dan duri. Karena Langkah ini adalah langkah-langkah abadi,
Menapak tegak laju tanpa henti. Tak pernah rasa rugi menapak jalan ini, Syurga Allah menanti

Sekali lagi ikhwah, kita masih di sini! Di jalan dakwah ini! Kita di sini untuk berjuang! Setia mengusung cita: HIDUP MULIA ATAU SYAHID MENGGAPAI SYURGA!

Karena itu ikhwah … Mari berkarya, dengan yang terbaik yang kita punya tentunya. Jangan pernah malas dan jemu berkorban untuk perniagaan ini! Berjuanglah ikhwah! Dan teruslah berjuang! Sampai Allah, RasulNya dan orang-orang mukmin menjadi saksi akan perjuangan itu. AllahuAkbar!!!

ukhti uni
Eramuslim, 19/02/2004

Labels:

Membangun Ikatan Alumni Dakwah Kampus

Saat ini banyak sekali alumni dakwah kampus dari kampus kami, akan tetapi belum bisa memberikan manfaat langsung dan besar kepada dakwah kampus karena jaringan alumni memang belum kuat, bagaimana caranya agar kita bisa membangun jaringan alumni ?

Kekuatan alumni saat ini memang sangat dibutuhkan dalam perkembangan dakwah di kampus. Karena, bagaimana pun alumni dakwah kampus ini telah memiliki sense of belonging terhadap dakwah kampus dikarenakan mereka bisa dikatakan “besar” karena dakwah kampus ini. Oleh sebab itu jika ada kesempatan untuk bisa sharing kepada dakwah kampus, maka pastilah mereka menjadi garda terdepan. Bisa dikatakan sebagai upaya balas budi. Selain itu para alumni yang telah sukses ini juga memiliki keinginan untuk bertemu dengan teman seperjuangan di kampus, sehingga sangat memungkinkan untuk memanfaatkan potensi besar ini untuk menghimpun para alumni dalam sebuah wadah. Sehingga bantuan yang diberikan kepada dakwah kampus bisa terpusat melalui ikatan alumni yang ada.

Sejatinya memang yang menginisiasi ini bukanlah kita para mahasiswa, akan tetapi justru harus dibangun dari kesadaran para alumni yang ada. Akan tetapi mahasiswa disini punya peran untuk mempertemukan dan menginisiasi para alumni ini dalam mewujudkan adanya ikatan alumni dakwah kampus ini. Manfaat besar yang saya rasakan di GAMAIS dengan IA-GAMAIS ( ikatan alumni keluarga mahasiswa Islam ) adalah hubungan yang harmonis dan slaing menunjang. Bisa dikatakan kekuatan dukungan alumni yang diberikan kepada GAMAIS 1-2 tahun terakhir memberikan banyak sekali kemajuan untuk perkembangan dakwah di GAMAIS ITB.

Ada 8 ( delapan ) langkah yang saya coba sistematiskan dalam membangun jaringan alumni ini yakni ;
(1) Membuat database alumni
Membuat database alumni dengan baik. Terdiri dari nama, jurusan, angkatan, alamat, nomor telepon, email dan pekerjaan serta jabatannya saat ini. Database ini sebisa mungkin dimutakhirkan setiap tahunnya dan diwariskan kepada pengurus lembaga dakwah selanjutnya. Jika ternyata kesulitan untuk mencari data alumni dakwah kampus era lama ( lebih dari 10 tahun ). Bisa memulainya dengan mencari tahu dari alumni yang paling tua yang Anda kenal. Pencarian database alumni ini memang butuh kerja keras dan ketekunan, karena pencarian ini ibarat pencarian seseorang. Akan tetapi jika database alumni bisa rampung dan terdata dengan baik maka pemanfaatannya akan sangat banyak.

(2) Silahturahim alumni
Setelah database alumni disusun dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah mengunjungi alumni yang ada di dalam data. Tujuan kunjungan adalah untuk membangun kembali perasaan dakwah kampusnya dan membuat para alumni merasa diperhatikan oleh adik-adik mahasiswa. Ini merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri untuk mereka karena ini memberikan kesempatan untuk para alumni agar mengenang masa perjuangan di kampus. Untuk alumni yang sudah jauh dari kota tempat kampus Anda berada, silahturahim melalui pesan singkat atau surat dapat menjadi solusi. Ketika silahturahim ini mulai di wacanakan adanya wadah alumni dakwah kampus. sembali melakukan wacana dan silahturahim ini, identifikasikan alumni yang sangat antusias terhadap inisiasi wadah alumni ini. Beliau bisa dijadikan penggerak utama dalam pembangunan wadah alumni dakwah kampus.

(3) Ada PJ per angkatan atau per generasi
Selanjutnya adalah mencari penanggung jawab alumni per angkatan atau per generasi ( jika usia LDK sudah sangat tua ). Untuk penanggung jawab angkatan sebaiknya memang kepala lembaga dakwahnya langsung, atau orang berpengaruh di angkatannya. Kebetulan di GAMAIS ITB kami menginisiasi wadah alumni setelah 19 tahun berdiri, sehingga kami hanya memiliki penanggung jawab generasi, alumni muda dan alumni tua. Tujuan adanya penanggung jawab ini adalah untuk memudahkan komunikasi dan agar mereka bisa membantu untuk mencari alumni lain yang mungkin belum masuk di dalam database.

(4) Membuat sebuah wadah bertemu di dunia maya ( mailing list, forum online, website )
Membuat media bersama seperti mailing list yang memberikan kesempatan bagi para alumni untuk berdiskusi dan bernostalgia. Sesekali kita bisa menyampaikan pesan dari kampus kepada alumni seperti pengumuman acara di kampus atau tawaran untuk donasi dan sebagainya. Harapannya dengan ada media bersama ini alumni dapat mulai merasakan kebutuhan untuk mendirikan wadah alumni sesegera mungkin.

(5) Mengadakan sarasehan atau temu alumni sederhana
Pertemuan di dunia maya tentu tidak cukup, maka perlu ada pertemuan tatap muka atau kopi darat para alumni yang biasa bertemu di dunia maya. Sarasehan ini diadakan dengan sederhana dengan tujuan utama mengumpulkan para alumni dalam satu waktu dan satu tempat. Manfaatkan momen yang penting, seperti milad lembaga dakwah, halal bi halal, buka puasa bareng dan sebagainya.

(6) Mulai mengadakan kerjasama atau meminta bantuan kepada alumni secara personal
Setelah kehadiran di sarasehan ini, barulah kita mulai mengetahui mana alumni yang cukup concern terhadap dakwah kampus. mulailah kita mengadakan kerjasama dengan alumni, apakah kerjasa sponsorship dengan perusahaannya, meminta mereka menjadi pemateri di acara kita, atau meminta bantuan materil kepada mereka agar merasa terlibat dan telah memberikan kontribusi kepada dakwah kampus. Hubungan kerjasama ini bersifat personal saja, dan sebisa mungkin meminta ke beberapa alumni , jangan hanya ke satu-dua orang saja.

(7) Inisiasi ikatan alumni dakwah kampus
Membangun ikatan alumni secara lembaga merupakan langkah penting, dan hal ini hanya bisa dilakukan oleh para alumni langsung. Urusan kita sebagai mahasiswa berhenti disini. Harapannya memang para penanggung jawab angkatan serta alumni yang datang ke sarasehan dapat menginisiasi hal ini. Membangun wadah alumni memang butuh energy lebih, karena perlu ada sebuah kongres khusus, pengesahan AD/ART dan pemilihan ketua ikatan alumni untuk memudahkan koordinasi. Untuk ketua alumni sebisa mungkin pilih dari generasi tua, agar bisa mewadahi pula generasi alumni muda.

(8) Adanya program dan alokasi dana dari ikatan alumni untuk kemajuan dakwah kampus
Wadah alumni sudah terbentuk, tinggal bagaimana mahasiswa mengusulkan kepada para alumni untuk mengadakan program untuk mahasiswa seperti pengembangan diri, informasi beasiswa, career sharing dan sebagainya. Serta mengusulkan alokasi dana dari alumni yang diberikan langsung kepada lembaga dakwah untuk menjalankan roda dakwah di kampus.

Delapan langkah ini memang tidak terpaku waktu, bisa memakan waktu lama dan bisa memakan waktu singkat. Semua tergantung ketekunan kita sebagai kader dan respon dari alumni itu sendiri.

============================
Ditulis oleh :
Ridwansyah yusuf achmad
Kepala LDK GAMAIS ITB
http://ridwansyahyusuf.blogspot. com
yusuf_ahdian@ yahoo.co. id
ridwansyahyusuf@ gamais.itb. ac.id
=============================

Labels:

22 December, 2009

Sifat-sifat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

Tibalah kita di depan rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kita ketuk pintu beliau untuk meminta izin. Marilah kita layangkan perhatian kepada sahabat yang melihat langsung Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia akan menceritakannya kepada kita seolah-olah kita melihat beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Agar kita dapat mengenal ciri fisik beliau yang mulia serta wajah beliau yang penuh senyum.

Al-Bara' bin 'Azib radhiyallah 'anhu menuturkan:
"Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam adalah seorang yang sangat tampan wajahnya, sangat luhur budi pekertinya, beliau tidak terlalu jangkung dan tidak pula terlalu pendek." (HR. Al-Bukhari)

Masih dari Al Bara' radhiyallah 'anhu ia berkata:
"Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam memiliki dada yang bidang dan lebar, beliau Shalallaahu alaihi wasalam memiliki rambut yang terurai sampai ke cuping telinga (bagian bawah telinga), saya pernah menyaksikan beliau mengenakan pakaian berwarna merah, belum pernah saya melihat sesuatu yang lebih indah daripada itu." (HR. Al-Bukhari)

Abu Ishaq As-Sabi'i berkata:
"Seseorang pernah bertanya kepada Al-Bara' bin 'Azib radhiyallah 'anhu: "Apakah wajah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam lancip seperti sebilah pedang?" ia menjawab: "Tidak, bahkan bulat bagaikan rembulan!" (HR. Al-Bukhari)

Anas bin Malik radhiyallah 'anhu mengungkapkan:
"Belum pernah tanganku menyentuh kain sutra yang lebih lembut daripada telapak tangan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Dan belum pernah aku mencium wewa-ngian yang lebih harum daripada aroma Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam " (Muttafaq 'alaih)

Di antara sifat beliau adalah "pemalu", sampai-sampai Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallah 'anhu mengatakan:
"Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam itu lebih pemalu daripada gadis dalam pingitan. Jika beliau tidak menyukai sesuatu, niscaya kami dapat mengetahui ketidak sukaan beliau itu dari wajahnya." (HR. Al-Bukhari)

Demikianlah beberapa sifat dan budi pekerti Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Sungguh, ayah dan ibuku sebagai tebusannya! Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menyempurnakan jasmani dan budi pekerti beliau Shalallaahu alaihi wasalam .

Labels:

Kediaman Rasulullah

Izin telah diberikan, tibalah kita di dalam rumah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Cobalah layangkan pandangan sejenak ke sudut-sudut rumah, para sahabat radhiyallaahu anhum akan menggambarkan kepada kita situasi di dalamnya berupa peralatan dan perabotan dll.

Kita maklumi bersama bahwa tidaklah diperkenankan melayangkan pandangan ke dalam kamar atau rumah orang lain. Namun tujuan kita di sini adalah untuk mengambil contoh dan teladan dari rumah yang mulia tersebut. Rumah dengan ketawadhu'an sebagai asasnya dan keimanan sebagai modalnya. Dapat engkau lihat, dindingnya bersih dari gambar-gambar makhluk bernyawa yang banyak dipajang orang di rumah-rumah kebanyakan orang pada hari ini. Padahal Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam telah bersabda:
"Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang terdapat padanya anjing atau gambar." (HR. Al-Bukhari)

Kemudian arahkan pandanganmu kepada perabotan rumah yang biasa dipakai beliau Shalallaahu alaihi wasalam sehari-hari. Diriwayatkan dari Tsabit ia berkata: Anas radhiyallaahu anhu memperlihatkan kepada kami sebuah gelas terbuat dari kayu yang tebal dan disepuh dengan besi. Ia berkata: "Wahai Tsabit, inilah gelas Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ." (HR. At-Tirmidzi)

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam biasa meminum air, nabidz, madu dan susu dengan gelas itu.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyalaahu anhu ia berkata:
"Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam biasa bernafas tiga kali sewaktu minum." (HR. Muttafaq 'alaih)

Yaitu bernafas di luar gelas. Beliau melarang bernafas di dalam gelas sewaktu minum dan beliau juga melarang meniup minuman. (Sebagaimana yang disebutkan dalam HR. At-Tirmidzi)

Adapun baju perang yang biasa beliau kenakan saat berjihad di medan peperangan, pada hari-hari yang keras dan penuh kesulitan, sudah tidak ditemukan lagi di rumah beliau. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam telah menggadaikannya kepada seorang Yahudi dengan tiga puluh sha' gandum, sebagaimana yang dituturkan 'Aisyah radhiyalaahu anha. Ketika Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam wafat, baju perang itu masih ada di tangan orang Yahudi tersebut.

Beliau Shalallaahu alaihi wasalam tidak pernah membuat kaget keluarga atau membuat mereka takut. Namun beliau menemui keluarga dengan sepengetahuan mereka dan dengan memberi salam terlebih dahulu. (Lihat Zaadul Ma'aad II/ hal 381)

Perhatikanlah dengan saksama hadits Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam berikut ini:
"Alangkah beruntungnya orang yang mendapat hidayah kepada Islam, lalu dia mencukupkan diri dengan kehidupan yang sederhana serta bersikap qana'ah." (HR. At-Tirmidzi)

Simaklah baik-baik hadits yang agung berikut ini:
"Barangsiapa yang aman sentosa di tengah-tengah kaumnya, sehat jasmaninya, lagi memiliki makanan pokoknya sehari-hari, maka seakan-akan ia telah meraih dunia dengan segala isinya." (HR. At-Tirmidzi)

Labels:

Tutur Kata Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Telah kita ketahui bersama beberapa sifat Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Sekarang kita ingin mengetahui tutur kata dan cara berbicara beliau. Sebelumnya, marilah kita simak penuturan 'Aisyah radhiyallahu anha:
"Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tidaklah berbicara seperti yang biasa kamu lakukan (yaitu berbicara dengan nada cepat). Namun beliau Shalallaahu alaihi wasalam berbicara dengan nada perlahan dan dengan perkataan yang jelas dan terang lagi mudah dihafal oleh orang yang mendengarnya." (HR. Abu Daud)

Beliau adalah seorang yang rendah hati lagi lemah lembut, sangat senang jika perkataannya dapat dipahami. Di antara bentuk kepedulian beliau terhadap umat ialah dengan memperhatikan tingkatan-tingkatan intelek-tualitas dan pemahaman mereka di dalam berkomunikasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa beliau adalah seorang yang sangat penyantun lagi sabar. Diriwayatkan dari 'Aiysah radhiyallahu 'anha bahwa ia berkata:
"Tutur kata Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam sangat teratur, untaian demi untaian kalimat tersusun dengan rapi, sehingga mudah dipahami oleh orang yang mendengarkannya." (HR. Abu Daud)

Cobalah perhatikan kelemah lembutan dan keluasan hati Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , beliau sudi mengulangi perkataan agar dapat dipahami!

Anas bin Malik Radhiyallahu anhu mengungkapkan kepada kita:
"Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam sering mengulangi perkataannya tiga kali agar dapat dipahami." (HR. Al-Bukhari)

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam selalu berlaku lemah lembut kepada orang lain. Dengan sikap seperti itulah orang-orang menjadi takut, segan serta hormat kepada beliau!

Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu anhu ia berkata:
Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Beliau mengajak laki-laki itu berbicara sehingga membuatnya menggigil ketakutan. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam berkata kepadanya:
"Tenangkanlah dirimu! Sesungguhnya aku bukanlah seorang raja. Aku hanyalah putra seorang wanita yang biasa memakan dendeng." (HR. Ibnu Majah)

Labels:

21 December, 2009

Kamu flase Umat Kristiani di Indonesia

Dalam beberapa hari ke depan, umat Kristiani akan merayakan hari raya mereka, yaitu hari raya Natal. Di Indonesia, agama yang dibawa ke tanah air oleh kaum kolonialis ini merupakan minoritas. Namun, mereka merupakan minoritas yang cukup besar pengaruhnya. Selain itu, upaya mereka yang sangat gigih dalam melakukan aksi misionaris terhadap umat Islam telah meningkatkan jumlah populasi mereka dari tahun ke tahun.

Tulisan ini ingin membahas salah satu aspek dari strategi umat Kristiani di Indonesia dalam upaya mereka mempengaruhi umat Islam. Tapi biarlah kami memulainya dengan sebuah cerita dari negeri tetangga.

Beberapa waktu yang lalu Malaysia sempat diramaikan oleh perdebatan tentang penggunaan kata ‘Allah’ di dalam Alkitab berbahasa Melayu. Kaum Muslimin, melalui beberapa tokohnya, mengkritik penggunaan kata ini oleh kalangan Kristiani. Penolakan ini disebabkan beberapa hal, antara lain karena kata ’Allah’ bukan merupakan terjemahan kata ’God’ yang digunakan oleh Bible berbahasa Inggris. Istilah Melayu untuk kata ’God’ adalah ’Tuhan.’

Jadi mengapa umat Kristiani begitu ngotot ingin menggunakan kata ’Allah,’ dan bukannya kata ’Tuhan’ di dalam Alkitab yang mereka gunakan?

Persoalan ini kembali ditanyakan oleh seorang peserta yang menghadiri kajian tentang worldview of Islam yang dibawakan oleh Prof. Naquib al-Attas di Kuala Lumpur hari Ahad malam, 13 Desember 2009. Saat ditanya pendapatnya tentang penggunaan kata ’Allah’ oleh umat Kristiani di Malaysia, Prof. Naquib dengan tegas mengatakan bahwa ia sudah menyikapi persoalan ini sejak beberapa tahun yang lalu. Ketika mendengar keinginan pendeta-pendeta Kristen di Malaysia untuk menggunakan kata ’Allah’ dalam Alkitab, maka beliau mengundang para pemimpin Kristiani dan petinggi negara untuk berdialog di lembaga yang beliau pimpin ketika itu, yaitu ISTAC.

Beliau bertanya kepada tokoh-tokoh Kristen tersebut mengapa mereka ingin menggunakan kata ’Allah.’ ”Karena kami ingin berdoa dalam bahasa Melayu,” jawab mereka. ”Tapi kata Melayu yang tepat untuk istilah God dalam Alkitab adalah istilah Tuhan,” sanggah Prof. Naquib. ”Selain itu,” lanjutnya, ”kata ’Allah’ bukan merupakan bahasa Melayu. It comes from a tradition that not belongs to you.”

Setelah menegaskan bahwa mereka seharusnya menggunakan kata ’Tuhan,’ Prof. Naquib menjelaskan bahwa kata itu pun pada akhirnya akan mengacu pada Allah. Karena Allah adalah Rabbul ‘Alamin, Tuhan alam semesta. Tidak ada yang bisa menghindar dari-Nya. Tapi kata ‘Allah’ tidak dapat dipergunakan oleh umat Kristiani karena mereka tidak menyifati-Nya sebagaimana mestinya. Allah tidak memiliki anak dan Dia tidak diperanakkan.

Jadi bagaimana mungkin umat Kristiani hendak menggunakan nama Allah tapi pada saat yang sama mengatakan bahwa Dia mempunyai anak, atau mengatakan bahwa Dia merupakan salah satu dari tiga oknum dalam trinitas? Ini sebabnya mengapa nama Allah tidak semestinya digunakan di dalam Alkitab.

Prof. Naquib mengkritik sikap pemerintah Malaysia yang sempat memutuskan untuk membawa persoalan tersebut untuk diputuskan di dalam Mahkamah. Ini bukan urusan mahkamah, ini merupakan urusan umat Islam, karena nama Allah berasal dari tradisi mereka. Jadi apa hak mahkamah untuk membuat keputusan dalam persoalan ini?

Prof. Naquib tidak menjelaskan lebih jauh bagaimana perkembangan persoalan tersebut lebih jauh di Malaysia, apakah orang-orang Kristen di sana tetap bersikukuh memaksakan keinginannya atau tidak. Bagaimanapun, hal ini membuat kami berpikir jauh tentang keadaan di tanah air. Betapa kaum Muslimin di Indonesia telah berkali-kali ‘kecolongan’ dalam persoalan ini.

Bukan hanya dalam penggunaan kata ‘Allah’ di dalam Alkitab, tetapi juga penggunaan berbagai istilah Islam oleh komunitas Kristiani di tanah air. Penulis cukup banyak mengetahui persoalan ini karena penulis sendiri selama lebih dari sepuluh tahun menjalani pendidikan di sekolah-sekolah Kristen dan banyak anggota keluarga penulis yang juga mengalami hal yang sama.

Kami menulis ini dengan sedikit rasa penyesalan mengapa tidak menulis persoalan ini lebih awal. Penyesalan menjadi bertambah besar karena heran melihat nyaris tidak adanya para ulama di Indonesia yang memiliki sikap tegas terkait dengan persoalan ini.

Kalangan Kristen di Indonesia sejak lama telah menggunakan kata ’Allah’ di dalam Alkitab mereka. Kata ini masuk dan menjadi mapan di dalam agama Kristen tanpa ada tantangan sama sekali dari kaum Muslimin. Mereka biasa menyebut ’Tuhan Allah’ di dalam doa-doa mereka. Hanya saja cari penyebutan mereka terhadap kata ini berbeda dengan kaum Muslimin. Mereka membacanya dengan bunyi ’Alah’, bukan sebagaimana lafadz yang digunakan dalam bahasa Arab.

Namun umat Kristiani di Indonesia tidak berhenti sampai di situ. Mereka juga menggunakan kata ’syafaat’ dalam tradisi mereka. Lima belas atau dua puluh tahun yang lalu, penulis sempat kaget saat melewati sebuah gereja di Kwitang menjelang perayaan Natal. Di sana terbentang sebuah spanduk dengan berisi ajakan merayakan hari Natal ‘dalam rangka mendapatkan syafaat ...’. Apa yang mereka maksud dengan syafaat? Mereka jelas tidak mengambil istilah ini dari bahasa Yunani, Latin, ataupun bahasa Aramaic. Ini jelas bersumber dari bahasa Arab dan dari tradisi Islam.

Lalu atas tujuan apa mereka tiba-tiba menggunakan kata ini? Apakah karena mereka mengetahui bahwa kata ini memiliki posisi yang sangat penting di kalangan sebagian besar umat Islam Indonesia? Apakah dengan menggunakan kalimat ini mereka bermaksud mengecoh kaum Muslimin yang tidak mendalam ilmu agamanya dan hendak mengeksploitasi harapan mereka yang tinggi untuk mendapatkan syafaat dari Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam dengan mengatakan bahwa Yesus juga memiliki syafaat?

Umat Kristiani di Indonesia juga menggunakan kata syahadat. Di sekolah-sekolah Kristen, setidaknya sebagiannya, murid-murid diajarkan doa syahadat. Belakangan ini kami juga mendapat informasi bahwa beberapa kalangan Kristen meniru kebiasan kaum Muslimin dalam mengucapkan insya Allah. Tapi bukannya mengucapkan kalimat yang sama, mereka mengubahnya menjadi insya Yesus. Apa sebenarnya yang diinginkan umat Kristiani Indonesia dengan semua ini?

Apakah mereka sudah tidak memiliki identitas yang jelas sampai kemudian tanpa rasa malu mengambil dari tradisi Islam? Apakah mereka sudah mengalami kebangkrutan sehingga terpaksa comot sana comot sini dan memakai milik orang lain – tanpa minta izin pula?

Selain hal di atas, ada persoalan lain dari penggunaan bahasa di Indonesia yang perlu dikaji ulang. Selama bertahun-tahun, ejaan bahasa Indonesia telah mengalami perubahan yang semakin menjauhkannya dari bahasa Arab dan Islam. Dulu kita menyebut ’ilmu hayat,’ kini kita menamainya ’ilmu biologi.’ Dulu kita menggunakan istilah ‘izin,’ kini ‘ijin’; dulu ‘alfabet’ kini ‘alpabet.’

Semua kata yang berasal dari bahasa Arab atau yang berbunyi ke-arab-araban dijauhkan dan diberi bunyi yang berbeda. Seorang kawan kami mengistilahkan ini sebagai ‘Krsitenisasi bahasa.’ Mungkin ini sebuah istilah yang berlebihan. Namun sama sekali tidak salah jika ini disebut sebagai ‘de-Islamisasi bahasa.’

Ustadz Rahmad Abdullah, almarhum, dengan sangat jeli mengamati digunakannya kata-kata tertentu yang bersumber dari Islam ke dalam bahasa sehari-hari, tapi dengan diberi konotasi negatif. Misalnya saja kalimat semisal ’gajinya telah disunat.’ Kata ’disunat dalam kalimat tersebut maksudnya jelas, yaitu dipotong secara semena-mena, atau dengan kata lain dikorupsi. Mengapa sebuah istilah yang mulia dalam Islam, yaitu sunat atau khitan, bisa digunakan dengan konotasi begitu buruk dalam bahasa Indonesia?

Kita juga sering mendengar istilah ’nafasnya senin-kamis’ yang mengacu pada kelemahan dan tidak adanya kekuatan. Mengapa menggunakan istilah senin-kamis? Semua orang tahu kalau hari Senin dan Kamis adalah hari disunahkannya kaum Muslimin berpuasa. Apa tujuan digunakannya kata-kata ini di dalam bahasa sehari-hari?

Ada banyak contoh-contoh lain di samping yang telah kami sebutkan di atas. Penulis memang tidak memiliki bukti untuk mengatakan bahwa contoh-contoh yang terakhir ini dilakukan oleh pihak Kristen. Yang jelas, kesalahan ada pada kaum Muslimin Indonesia sendiri karena mereka telah lalai dari hal ini. Karena itu, kaum Muslimin, khususnya para wartawan, jurnalis, dan penulis Muslim, perlu meneliti ulang dan membongkar kembali penggunaan istilah-istilah tertentu yang tidak pantas. Kaum Muslimin perlu menyusun ulang strategi bahasa mereka.

Kami ingin kembali pada upaya kalangan Kristiani yang dapat dilihat secara langsung wujudnya. Selain yang telah disebutkan pada bagian awal tulisan ini, kita masih menemukan berbagai hal yang mereka lakukan. Kini mereka bukan hanya mengambil istilah ‘Allah’ dan beberapa istilah kunci lainnya, mereka juga menggunakan istilah tilawatil Injil dan membuat kaligrafi bahasa Arab dengan muatan nilai-nilai Kristen.

Mereka juga dengan bangga menyiarkan komunitas orang-orang Betawi yang telah masuk Kristen lengkap dengan pakaian tradisional mereka: sarung, baju koko, dan peci untuk yang pria, dan kebaya serta kerudung untuk yang wanita. Sebaiknya umat Islam bersiap-siap. Mungkin tidak lama lagi mereka akan mulai membaca ‘tahlil’ dan merayakan ‘maulid.’ Naudzu billahi min dzalik.

Hal ini membuat kami bertanya, apakah mereka sudah tidak merasa sungkan lagi melakukan kamuflase secara terang-terangan? Selain itu kami juga ingin bertanya, apakah umat Kristiani di Indonesia sama sekali sudah tidak menghargai orisinalitas dalam agama mereka sendiri? Apakah mereka sudah tidak memiliki harga diri sehingga menempuh cara-cara semacam ini dalam beragama?

Sebetulnya praktek-praktek semacam ini sama sekali bukan hal yang baru dalam agama Kristen sejak era Paulus (Saul of Tarsus). Paulus-lah yang telah mengalihkan ajaran yang dibawa Yesus kepada orang-orang Romawi, walaupun sesungguhnya Yesus (Nabi Isa) mengkhususkan ajarannya kepada orang-orang Yahudi saja. Sejak itu agama Kristen mengadopsi berbagai kebiasaan dan tradisi masyarakat pagan agar agama yang mereka bawa ini bisa diterima oleh mereka, walaupun konsekuensinya adalah hilangnya orisinalitas, identitas, dan karakter asal agama mereka.

Sejak itulah penganut Kristiani membolehkan orang tidak bersunat, padahal Alkitab sendiri menjelaskan betapa Yesus (Nabi Isa) tidak menyukai orang-orang yang tidak bersunat. Mereka menjadikan hari-hari suci kaum pagan sebagai hari suci mereka, antara lain tanggal 25 Desember (hari Natal) dan hari Minggu (Sunday atau harinya Matahari). Mereka juga mengalihkan pemujaan kaum pagan terhadap patung-patung dewa-dewi menjadi pemujaan terhadap patung-patung salib, Yesus, dan Bunda Maria. Jadi tidak heran jika hal itu kini juga dilakukan di Indonesia.

Kami tidak mengangkat persoalan ini dengan maksud supaya para pembaca dan kaum Muslimin secara umum menjadi marah dan bersikap emosional, atau mengamuk dan menimpakan sesuatu yang buruk kepada umat Kristiani. Karena bukan seperti itu tuntunan Islam. Tapi kita, khususnya para ulama, perlu mengkaji ulang persoalan ini secara mendalam. Kita perlu mengangkat persoalan ini ke permukaan, menanyakan langsung kepada tokoh-tokoh Kristiani apa yang menjadi tujuan mereka dengan melakukan ini semua.

Kita perlu menegaskan kepada mereka bahwa mereka tidak berhak dan tidak sepatutnya mengambil apa-apa yang berasal dari tradisi Islam.

Barangkali bagi umat Kristiani orisinalitas dan identitas sama sekali tidak penting, tapi kita mesti menjelaskan bahwa bagi kaum Muslimin keduanya sangat penting. Kalaupun umat Kristiani telah jatuh miskin dan bangkrut sehingga kehilangan perbendaharaan dari tradisi mereka sendiri dan karenanya ingin mengambil dari tradisi lain, maka silahkan mereka mengambilnya dari tradisi selain Islam. Silahkan mereka meminjamnya dari Hindu, dari Budha, dari Yahudi, atau dari tradisi agama lainnya (itupun kalau masing-masing agama itu mengijinkan).

Tapi jangan mengambil dari tradisi Islam. Hal ini bukan karena kaum Muslimin pelit atau bakhil. Tetapi karena pada setiap perbendaharaan tradisi itu ada hak dan posisinya sendiri yang telah diatur di dalam Islam. Ketika istilah-istilah tersebut diambil dan dimasukkan dalam kerangka ajaran Kristen, maka posisinya telah menjadi jauh berubah dan hak yang dimilikinya telah tercerabut dari nilai yang sesungguhnya. Dan ini merupakan suatu kezaliman. Dalam Islam, sesuatu yang tidak ditempatkan sebagaimana mestinya merupakan suatu kezaliman. Semakin besar kesenjangannya, maka semakin besar juga kezalimannya.

Biar kami pertegas lagi persoalannya supaya lebih jelas. Umat Kristiani menggunakan kata ’Allah’ di dalam Alkitab. Ini merupakan kata yang sepenuhnya bersumber dari tradisi Islam dan sama sekali tidak ada dalam tradisi Kristen. Dalam ajaran Islam, Allah itu Esa. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Tapi kata ’Allah’ dimasukkan ke dalam Alkitab dan pada saat yang sama dijelaskan bahwa ’Allah’ mempunyai anak atau ’Allah’ merupakan salah satu dari tiga oknum pada trinitas. Ini merupakan sebuah penistaan dan kezaliman yang besar.

Dalam Islam syahadat merupakan sebuah kesaksian dengan formulasi utama berupa kesaksian bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan kesaksian bahwa Nabi Muhammad merupakan utusan Allah. Tetapi umat Kristiani tidak mengakui Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam sebagai utusan Allah. Jadi bagaimana mereka hendak begitu saja meminjam istilah syahadat sambil melucuti maknanya. Ini adalah sebuah kezaliman.

Demikian juga dengan istilah syafaat. Dalam Islam, syafaat diberikan oleh Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam dan bukan oleh nabi-nabi yang lain, termasuk Nabi Isa ’alaihis salam. Apakah kalangan Kristen hendak mengambil kata ini sambil menyuruh manusia mengharapkan syafaat dari Yesus? Ini juga merupakan sebuah kezaliman.

Sekiranya mau menggunakan perbendaharaan kaum Muslimin boleh saja asalkan siap untuk menerima dengan segala pemaknaan serta keyakinan yang ada di dalamnya. Kalau tidak demikian maka janganlah mengambil sama sekali. Kalau umat Kristiani mengatakan bahwa mereka sama sekali tidak mengetahui persoalan ini, maka kini kita telah memberitahukannya, dan karenanya mereka harus mengembalikan kepada umat Islam dan segera kembali pada konsep-konsep dan terminologi mereka sendiri.

Kalau mereka melakukan dengan sengaja dengan tujuan untuk mengacaukan identitas kaum Muslimin dan dengan tujuan menciptakan kebingungan di tengah-tengah mereka, maka ini adalah sebuah kejahatan yang mesti dihentikan.

Tapi yang terpenting dari itu semua adalah kita mesti mendidik generasi kaum Muslimin supaya mereka memiliki pemahaman yang baik terhadap Islam dan supaya mereka memiliki ilmu agama yang memadai. Sekiranya kaum Muslimin memiliki ilmu yang cukup baik, maka mereka tidak akan mudah terkecoh dengan taktik dan kamuflase yang dilakukan oleh orang-orang diluar kelompok mereka.

Para dai dan ulama Islam perlu memberikan pendidikan lebih luas kepada kaum Muslimin, khususnya yang berada di pedesaan, serta mengangkat perekonomian mereka, supaya mereka tidak mudah terpedaya dengan bujuk rayu pihak lain. Ini merupakan sebuah tugas yang amat mendesak bagi kita semua. Semoga Allah senantiasa memberi kekuatan kepada kaum Muslimin dan memberi petunjuk kepada orang-orang yang belum memahami kebenaran.

Kuala Lumpur, 14 Desember 2009

Alwi Alatas, Mahasiswa PhD International Islamic University Malaysia (IIUM) dan penulis buku

Labels:

MASIHKAH ADA RABB DI HATI KITA

Sahabat, sekali cobalah lihat
Lihatlah rona muka mereka yang selalu segar
Dan penuh sinar

Sahabat, sekali cobalah tatap
Tataplah pada gaun yang putih lagi bersih
Berbalut sutra
Dan wangi percikan parfum Jerman

Lihatlah pada kemilau
Kilatan biru Dr Marten
Yang menginjak permadani

Dalam racik Giovanni
Digenggamnya Alkitab
Pada sisi kanan jasad

Dengan tangan yang halus dan penuh hikmat
Ditentengnya Alkitab
Menyusuri tapak demi tapak
Meniti jalan hingga bebatuan
Dan berkumpul pada sebuah misa
Lantunkan pujian bagi para dewa


Jasad yang tegak berdiri menancap bumi
Bersimbah kukuh dan harap peluh

Berteman kesegaran Edenia
Terus berteriak lantang
Untuk keagungan sang penebus dosa
Larut dalam melodi
Hanyut dalam simponi
Sejuk dalam harmoni
Ketukan Bethoven yang membuka hari
Penuh kesahajaan
Lekat dalam kecintaan
Pada grafiti dan lukisan
Pada ciptaan yang dianggapnya: tuhan

Diiringi Cerita hebat sang pendeta
Yang berteriak dahsyat dari singgasana
Putar balikkan fakta turutkan nafsunya
Orasikan ayat-ayat yang baru saja diciptanya

Hingga berguguran bulu-bulu burung gereja
Hingga berguncang seluruh jiwa
Hingga tumbang oaks di tepi sahara
Membahana pada tiap lekuk dunia

Sedangkan kita.
Tanpa peduli pada tubuh yang belum sempat kita basuh
Tanpa peduli pada hati yang belum sempat kita sentuh
Tanpa peduli pada tahmid yang mestinya menyapa subuh
Kita raih secarik sarung lusuh
Mulai beranjak pada air wudu
Dalam ketergesaan yang memburu

Karena ikamah telah berkumandang menembus kalbu
Saat kemudian sang imam
Lantunkan indahnya surah Arrahmaan
Pada rakaat yang penghabisan

Begitu sejuk
Begitu damai
Begitu mesra
Begitu cinta
Begitu iba

Dan begitu khusyuknya kita
Nikmati air liur yang kembali kita sembur
Lanjutkan indahnya kembang tidur

Oh indahnya subuh
Yang selalu dihiasi wewangian
Aroma petai jengkol dan juga bakwan

Oh indahnya subuh
Yang selalu diliputi cerita imam dan makmum yang mendengkur
Dan Alquran yang begitu mulia
Terus menangis terhimpit luka

Mushaf suci itu berdiri rapi pada rak almari
Tanpa pernah disentuh sama sekali
Mushaf suci itu hilang seinci demi seinci
Tanpa pernah dicari ke mana lembar itu pergi

Dan Alquran yang begitu mulia
Terus merintih tertimbun nestapa

Mushaf suci itu menjadi isi tas gelap dan kusam
Tertindih sapu tangan dan kaus kaki
Mushaf suci itu hampir kehilangan bentuknya
Tertumpah aqua dan tergores pena
Mushaf suci itu hampir kehilangan kesuciannya
Berteman buku dan majalah penuh cerita nista

Dan Alquran yang begitu mulia
Terus meratap terkubur lara
Mushaf suci itu hampir tiada kelihatan
Karena bersembunyi di balik punggung
Mushaf suci itu hampir tiada tertampakkan
Karena berdiri di balik sarung legam

Seekor keledai
Terus membawa kitab tebal itu kesana kemari
Berhias peluh dan daki

Seekor keledai
Ternyata tak jua mampu pahami arti

Meski dikaruniai akal
Tetap saja menjadi baghal yang begitu bebal

Sahabat
Kita bukan tidak mengerti
Kita bukan tidak pahami
Tapi karena memang cinta kita untuk-Nya

Begitu apa adanya
Dan tak ada apa-apanya
Dibanding apa-apa yang ada pada diri kita
Kita mengaku menyukai-Nya


Tapi kita lebih suka dengan apa yang dibenci-Nya
Kita mengaku mencintai-Nya

Tapi kita lebih suka dengan apa yang dijauhi-Nya
Cinta kita begitu sederhana

Tapi kita terus panjatkan dengan pinta
Kasih kita tidak ada apa-apanya

Tapi kita terus pintakan keindahan surga-Nya
Kita bukan tidak tahu.

Cara terbaik mencintai-Nya
Kita bukan tidak tahu.
Kiat terbaik membahagiakan-Nya

Tapi
Kita memang enggan melakukannya
Karena Begitu cintanya kita pada dunia

Karena
Kita tak ingin kematian itu menghampiri kita


RENUNGKANLAH WAHAI SAHABAT
--------------------------------------------------------------------------------

Labels:

Mengapa harus kita yang mengemban amanah ini ?

TAUSIYAH

Bismillahirrohmaanirrohiim
Coba renungkanlah sejenak……
Mengapa kita berada disini ?
Di lingkungan yang tak pernah kita pikirkan
Diantara manusia-manusia yang meraih ridho-Nya
Tapi,
Mengapa harus kita yang mengemban amanah ini ??!!
Padahal diluar sana banyak yang lebih baik dari kita !!!
Yang lebih berpotensi dari kita !!!
Mengapa harus kita ??!!
Karena, kita adalah manusia-manusia pilihan !!..
Sekali lagi…..
Kita adalah manusia pilihan Allah untuk melak- sanakan tugas mulia ini……
Sekarang, mari kita manfaatkan kesempatan ini……
Kesempatan untuk meraih rahmat dan kasih-Nya
Yakinlah… Allah memberi kesempatan pada kita
Karena menurut Allah,
kita mampu melaksanakan-nya……
Bersyukurlah!!!
karena kita adalah manusia pilihan -Nya ……
Luruskan niat hanya karena Allah dan
mari lakukan yang terbaik !
Terakhir, jangan sampai kesibukan kita mengkontaminasi pikiran kita
Sehingga kenikmatan spiritual kita makin hambar (Naudzubillah….)
Menjadilah tauladan sebelum berdakwah pada orang lain….

Labels:

AMANAH

AMANAH

“Sungguh Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu. Dan mereka khawatir akan mengkhianatinya. Dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sungguh manusia itu amat zhalim dan amat bodoh” (QS.33:72)


Akhirnya manusia memberanikan diri memikul beban amanah itu. Sungguh sebuah keberanian yang spektakuler. Karena ia lahir justru ketika semua peserta alam raya lainnya-langit, bumi dan gunung-gunung-menolaknya. Tak satupun dari mereka yang mempercayai kemampuannya membawa amanah besar itu.

Ternyata hidup adalah sebuah pertanggung jawaban. Ia bukan permainan,sebab ia diberikan kepada kita atas dasar sebuah perjanjian sakral dengan Allah, Sang Pencipta kehidupan. Dan bumi ini, tempat dimana kehidupan manusia disemaikan, adalah panggung pementasan amanah.

Tiap detik yang kita lalui dilorong waktu kehidupan ini adalah jenak-jenak yang harus dipertanggung jawabkan didepan Allah. Setiap sisi ruang dan waktu harus merupakan implementasi ‘ibadah’ total kepada Allah. Sebab hanya dalam kerangka itu, semua gerak kita memperoleh makna hakiki di mata Allah.

Dalam visi seorang muslim, ibadah itu dikejawantahkan dalam dua kata: imaroh dan khilafah. Inilah amanah besar yang dibebankan kepada manusia. Dan untuk amanah itu pulalah, Allah berkenan meniupkan nafas kehidupan kedalam raga manusiawi kita.

Sesungguhnya tingkat kesadaran kita akan hakikat ini akan menentukan tingkat ‘intensitas’ kehadiran jiwa dalam menjalani hidup. Sebab, kesadaran itulah yang mengikat jiwa kita secara terus menerus dengan misi penciptaan kita. Seperti mata, jiwa yang memiliki kesadaran begini, selamanya akan terbuka membelalak menatap setiap jejak langkahnya.

Begitulah pada mulanya kesadaran amanah itu hinggap dalam jiwa dan akal Rasulullah saw. Seterusnya ia menulari jiwa dan akal sahabat-sahabat beliau. Dan dari telaga kesadaran inilah mereka meneguk mata air kecemerlangan. Sebab air telaga itulah yang memberi mereka “dorongan dan tenaga jiwa” yang tak pernah kering.

Nyaris tak pernah kita dengarkan, bahwa usia dan semua hambatan duniawi lainnya merintangi gejolak jiwa mereka untuk berkarya dan berkarya. Bahkan dalam proses berkarya, memberi dan lelah karenanya, mereka justru menemukan makna kehadiran mereka di panggung kehidupan ini, sesuatu yang memberi mereka kelezatan jiwa.

Obsesi amanah itu telah melepaskan jiwa mereka dari lingkaran ketegangan daya tarik kehidupan duniawi. Sebab sesungguhnya berkarya dan memberi itu adalah menapaki tangga menuju langit ketinggian. Dan hambatan terbesar yang akan selalu ‘memberatkan’ langkah kita adalah daya tarik dunia.

Kita tidak akan memperoleh ‘keringanan’ jiwa untuk berkarya dan memberi, kecuali ketika kita berhasil membebaskan jiwa kita dari lingkaran ketegangan daya tarik duniawi itu. Dan untuk pembebasan itu, selain faktor imaniyah lainnya, kesadaran akan amanah kehidupan ini merupakan kekuatan pembebas yang sangat kuat.

Bila suatu ketika engkau berkesempatan berdekat-dekat dengan jiwa, rasakanlah bahwa ada jenak-jenak dimana tali kecapi nuranimu bergetar menyenandungkan hakikat kehidupan ini. Dan bila engkau mendengarnya dengan telinga hatimu, engkau akan menemukan pesan menuju ketinggian.



Inthilaq,No.17/16-30 Nov.1993
post by :www.perindu-syurga.co.cc

Labels:

Aku lupa Mendoakan mu

Hari ini aku lupa mendoakanmu
Katamu kau akan ujian minggu ini

Hari ini aku lupa mendoakanmu
Katamu nilai-nilai ujianmu jeblok

Hari ini aku lupa mendoakanmu
Katamu kau mulai capek dengan segala aktifitasmu

Hari ini aku lupa mendoakanmu
Aku tak menjumpaimu di syuro sore tadi

Hari ini aku lupa mendoakanmu
Kau tak hadir dalam pertemuan pekanan karena alasan yang kurang jelas

Hari ini aku lupa mendoakanmu
Kau menolak ajakanku tuk shalat berjamaah di Masjid

Hari ini aku lupa mendoakanmu
Aku tak mendengar kabarmu lagii dan entah kenapa aku tak mau mencari
tahu


Sudahkah kita mendoakan SAUDARA kita hari ini?
“Jika seorang hamba Muslim mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya,
maka
malaikat berkata kepadanya,’Anda juga mendapatkan yang sama (doa yang sama)”.
(Riwayat Muslim)

Toek : yang lagi menghadapi Ujian Akhir Semester, yang lagi ngerjain
Tugas Akhir, yang lagi nunggu panggilan kerja, yang lagi disibukan dengan
pekerjaannya, yang lagi berjuang dengan amanah dakwahnya, dan yang akan
segera menggenapkan dien.
“May ALLAH makes everything easy for U n blesses U all d’best things in
Ur
Life”

Selalu n selamanya,
Love U all coz of ALLAH.

Labels:

Kisah Perjalanan Rasulullah SAW ke Surga Bersama Dua Tamunya

Kisah Perjalanan Rasulullah SAW ke Surga Bersama Dua Tamunya
Posted by: abusafar on Tuesday, February 20, 2007 - 08:43

Hudzaifah.org - Di suatu pagi hari, Rasulullah SAW bercerita kepada para sahabatnya, bahwa semalam beliau didatangi dua orang tamu. Dua tamu itu mengajak Rasulullah untuk pergi ke suatu negeri, dan Rasul menerima ajakan mereka. Akhirnya mereka pun pergi bertiga.

Ketika dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang yang tengah berbaring. Tiba-tiba di dekat kepala orang itu ada orang lain yang berdiri dengan membawa sebongkah batu besar. Orang yang membawa batu besar itu dengan serta merta melemparkan batu tadi ke atas kepala orang yang sedang berbaring, maka remuklah kepalanya dan menggelindinglah batu yang dilempar tadi. Kemudian orang yang melempar batu itu berusaha memungut kembali batu tersebut. Tapi dia tidak bisa meraihnya hingga kepala yang remuk tadi kembali utuh seperti semula. Setelah batu dapat diraihnya, orang itu kembali melemparkan batu tersebut ke orang yang sedang berbaring tadi, begitu seterusnya ia melakukan hal yang serupa seperti semula.

Melihat kejadian itu, Rasulullah bertanya kepada dua orang tamu yang mengajaknya, "Maha Suci Allah, apa ini?"

"Sudahlah, lanjutkan perjalanan!" jawab keduanya.

Maka mereka pun pergi melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang lagi. Orang tersebut sedang terlentang dan di sebelahnya ada orang lain yang berdiri dengan membawa gergaji dari besi. Tiba-tiba digergajinya salah satu sisi wajah orang yang sedang terlentang itu hingga mulut, tenggorokan, mata, sampai tengkuknya. Kemudian si penggergaji pindah ke sisi yang lain dan melakukan hal yang sama pada sisi muka yang pertama. Orang yang menggergaji ini tidak akan pindah ke sisi wajah lainnya hingga sisi wajah si terlentang tersebut sudah kembali seperti sediakala. Jika dia pindah ke sisi wajah lainnya, dia akan menggergaji wajah si terletang itu seperti semula. Begitu seterusnya dia melakukan hal tersebut berulang-ulang.

Rasulullah pun bertanya, "Subhanallah, apa pula ini?"

Kedua tamunya menjawab, "Sudah, menjauhlah!"

Maka mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Selanjutnya mereka mendatangi sesuatu seperti sebuah tungku api, atasnya sempit sedangkan bagian bawahnya besar, dan menyala-nyala api dari bawahnya. Di dalamnya penuh dengan jeritan dan suara-suara hiruk pikuk. Mereka pun melongoknya, ternyata di dalamnya terdapat para lelaki dan wanita dalam keadaan telanjang. Dan dari bawah ada luapan api yang melalap tubuh mereka. Jika api membumbung tinggi mereka pun naik ke atas, dan jika api meredup mereka kembali ke bawah. Jika api datang melalap, maka mereka pun terpanggang.

Rasulullah kembali bertanya, "Siapa mereka?"

Kedua tamunya menjawab, "Menjauhlah, menjauhlah!"

Akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka mendatangi sebuah sungai, sungai yang merah bagai darah. Ternyata di dalam sungai tadi ada seseorang yang sedang berenang, sedangkan di tepi sungainya telah berdiri seseorang yang telah mengumpulkan bebatuan banyak sekali. Setiap kali orang yang berenang itu hendak berhenti dan ingin keluar dari sungai, maka orang yang ditepi sungai mendatangi orang yang berenang itu dan menjejali mulutnya sampai ia pun berenang kembali. Setiap kali si perenang kembali mau berhenti, orang yang di tepi sungai kembali menjejali mulut si perenang dengan bebatuan hingga dia kembali ke tengah sungai.

Rasulullah pun bertanya, "Apa yang dilakukan orang ini?!"

"Menjauhlah, menjauhlah!" jawab kedua tamunya.

Maka mereka pun melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan kali ini, mereka mendapatkan seseorang yang amat buruk penampilannya, sejelek-jeleknya orang yang pernah kita lihat penampilannya, dan di dekatnya terdapat api. Orang tersebut mengobarkan api itu dan mengelilinginya.

"Apa ini?!" tanya Rasulullah

"Menjauhlah, menjauhlah!" jawab kedua tamunya.

Lalu mereka melanjutkan perjalanan lagi. Dalam perjalanan mereka menemukan sebuah taman yang indah, dipenuhi dengan bunga-bunga musim semi. Di tengah taman itu ada seorang lelaki yang sangat tinggi, hingga Rasulullah hampir tidak bisa melihat kepala orang itu karena tingginya. Di sekeliling orang tinggi itu banyak sekali anak-anak yang tidak pernah Rasul lihat sebegitu banyaknya.

Melihat itu, Rasulullah kembali bertanya, "Apa ini? Dan siapa mereka?"

Kedua tamunya menjawab, "Menjauhlah, menjauhlah!"

Maka mereka pun pergi berlalu. Lalu mereka menyaksikan sebuah pohon yang amat besar, yang tidak pernah Rasul lihat pohon yang lebih besar dari ini. Pohon ini juga indah. Kedua tamu Rasul berkata, "Naiklah ke pohon itu!"

Lalu mereka pun memanjatnya. Rasul dituntun menaiki pohon dan dimasukkannya ke dalam sebuah rumah yang sangat indah yang tak pernah Rasul lihat seumpamanya. Di dalamnya terdapat lelaki tua dan muda. Lalu mereka sampai pada sebuah kota yang dibangun dengan batu bata dari emas dan perak. Mereka mendatangi pintu gerbang kota itu. Tiba-tiba pintu terbuka dan mereka memasukinya. Mereka disambut oleh beberapa orang, sebagian mereka adalah sebaik-baik bentuk dan rupa yang pernah kita lihat, dan sebagiannya lagi adalah orang yang seburuk-buruk rupa yang pernah kita lihat. Kedua tamu yang bersama Rasulullah berkata kepada orang-orang itu, "Pergilah, dan terjunlah ke sungai itu!"

Ternyata ada sungai terbentang yang airnya sangat putih jernih. Mereka pun segera pergi dan menceburkan dirinya masing-masing ke dalam sungai itu. Kemudian mereka kembali kepada Rasululullah dan dua tamunya. Kejelekan serta keburukan rupa mereka tampak telah sirna, bahkan mereka dalam keadaan sebaik-baik rupa!

Lalu kedua orang tamu Rasulullah berkata, "Ini adalah Surga 'Adn, dan inilah tempat tinggalmu!"

"Rumah pertama yang kau lihat adalah rumah orang-orang mukmin kebanyakan, adapun rumah ini adalah rumah para syuhada', sedangkan aku adalah Jibril dan ini Mika'il. Maka angkatlah mukamu (pandanganmu)."

Maka mata Rasulullah langsung menatap ke atas, ternyata sebuah istana bagai awan yang sangat putih. Kedua tamu Rasulullah berkata lagi, "Inilah tempat tinggalmu!"

Rasulullah berkata kepada mereka, "Semoga Allah memberkati kalian."

Kedua tamu itu lalu hendak meninggalkan Rasulullah. Maka Rasulullah pun segera ingin masuk ke dalamnya, tetapi kedua tamu itu segera berkata, "Tidak sekarang engkau memasukinya!" [1]

"Aku telah melihat banyak keajaiban sejak semalam, apakah yang kulihat itu?" tanya Rasulullah kepada mereka.

Keduanya menjawab, "Kami akan memberitakan kepadamu. Adapun orang yang pertama kau datangi, yang remuk kepalanya ditimpa batu, dia itu adalah orang yang membaca Al Qur'an tetapi ia berpaling darinya, tidur di kala waktu shalat fardhu (melalaikannya). Adapun orang yang digergaji mukanya sehingga mulut, tenggorokan, dan matanya tembus ke tengkuknya, adalah orang yang keluar dari rumahnya dan berdusta dengan sekali-kali dusta yang menyebar ke seluruh penjuru. Adapun orang laki-laki dan perempuan yang berada dalam semacam bangunan tungku, maka mereka adalah para pezina. Adapun orang yang kamu datangi sedang berenang di sungai dan dijejali batu, maka ia adalah pemakan riba. Adapun orang yang sangat buruk penampilannya dan di sampingnya ada api yang ia kobarkan dan ia mengitarinya, itu adalah malaikat penjaga neraka jahannam.

Adapun orang yang tinggi sekali, yang ada di tengah-tengah taman, itu adalah Ibrahim AS. Sedangkan anak-anak di sekelilingnya adalah setiap bayi yang mati dalam keadaan fitrah."

...

Lalu di sela-sela penyampaian cerita ini, para sahabat bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan anak orang-orang musyrik?"

Rasulullah menjawab, "Dan anak orang-orang musyrik."

Lalu Rasulullah SAW melanjutkan ceritanya.

Adapun orang-orang yang sebagian mukanya bagus, dan sebagian yang lain mukanya jelek, mereka itu adalah orang-orang yang mencampuradukan antara amalan shalih dan amalan buruk, maka Allah mengampuni kejelekan mereka. []


Maraji': Riyadhush Shalihin

_______________
Catatan kaki:

[1] Dalam hadits riwayat Bukhari lainnya, dikisahkan bahwa kedua tamu Rasulullah itu mengatakan kepada Rasulullah, "Kamu masih memiliki sisa umur yang belum kamu jalani, jika kau telah melaluinya maka kau akan masuk rumahmu." (HR. Bukhari)

Labels:

16 December, 2009

Selalu BER - HUSNUZON

Cara Bersangka Baik
Oleh : Syeikh Abdulkadir Al Jailani

Jika engkau bertemu dengan seseorang, maka yakinilah bahawa dia lebih baik darimu. Ucapkan dalam hatimu :

"Mungkin kedudukannya di sisi Allah jauh lebih baik dan lebih tinggi dariku".

Jika bertemu anak kecil, maka ucapkanlah (dalam hatimu) :

"Anak ini belum bermaksiat kepada Allah, sedangkan diriku telah banyak bermaksiat kepadaNya. Tentu anak ini jauh lebih baik dariku".

Jika bertemu orang tua, maka ucapkanlah (dalam hatimu):

"Dia telah beribadah kepada Allah jauh lebih lama dariku, tentu dia lebih baik dariku."

Jika bertemu dengan seorang yang berilmu, maka ucapkanlah (dalam hatimu):

"Orang ini memperoleh kurnia yang tidak akan kuperolehi, mencapai kedudukan yang tidak akan pernah kucapai, mengetahui apa yang tidak kuketahui dan dia mengamalkan ilmunya, tentu dia lebih baik dariku."

Jika bertemu dengan seorang yang bodoh, maka katakanlah (dalam hatimu) :

"Orang ini bermaksiat kepada Allah kerana dia bodoh (tidak tahu), sedangkan aku bermaksiat kepadaNya padahal aku mengetahui akibatnya.
Dan aku
tidak tahu bagaimana akhir umurku dan umurnya kelak. Dia tentu lebih baik dariku."


Jika bertemu dengan orang kafir, maka katakanlah (dalam
hatimu) :

"Aku tidak tahu bagaimana keadaannya kelak, mungkin di akhir usianya dia memeluk Islam dan beramal soleh. Dan mungkin boleh jadi di akhir usia diriku kufur dan berbuat buruk".

Labels:

12 December, 2009

Sang Pembebas Spanyol-thariq Bin Ziyad

Setelah Rasulullah saw. wafat, Islam menyebar dalam spektrum yang luas. Tiga benua lama -Asia, Afrika, dan Eropa-pernah merasakan rahmat dan keadilan dalam naungan pemerintahan Islam. Tidak terkecuali Spanyol (Andalusia). Ini negeri di daratan Eropa yang pertama kali masuk dalam pelukan Islam di zaman Pemerintahan Kekhalifahan Bani Umaiyah.

Sebelumnya, sejak tahun 597 M, Spanyol dikuasai bangsa Gotic, Jerman. Raja Roderick yang berkuasa saat itu. Ia berkuasa dengan lalim. Ia membagi masyarakat Spanyol ke dalam lima kelas sosial. Kelas pertama adalah keluarga raja, bangsawan, orang-orang kaya, tuan tanah, dan para penguasa wilayah. Kelas kedua diduduki para pendeta. Kelas ketiga diisi para pegawai negara seperti pengawal, penjaga istana, dan pegawai kantor pemerintahan. Mereka hidup pas-pasan dan diperalat penguasa sebagai alat memeras rakyat.

Kelas keempat adalah para petani, pedagang, dan kelompok masyarakat yang hidup cukup lainnya. Mereka dibebani pajak dan pungutan yang tinggi. Dan kelas kelima adalah para buruh tani, serdadu rendahan, pelayan, dan budak. Mereka paling menderita hidupnya.

Akibat klasifikasi sosial itu, rakyat Spanyol tidak kerasan. Sebagian besar mereka hijrah ke Afrika Utara. Di sini di bawah Pemerintahan Islam yang dipimpin Musa bin Nusair, mereka merasakan keadilan, kesamaan hak, keamanan, dan menikmati kemakmuran. Para imigran Spanyol itu kebanyakan beragama Yahudi dan Kristen. Bahkan, Gubernur Ceuta, bernama Julian, dan putrinya Florinda -yang dinodai Roderick-ikut mengungsi.

Melihat kezaliman itu, Musa bin Nusair berencana ingin membebaskan rakyat Spanyol sekaligus menyampaikan Islam ke negeri itu. Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memberi izin. Musa segera mengirim Abu Zar’ah dengan 400 pasukan pejalan kaki dan 100 orang pasukan berkuda menyeberangi selat antara Afrika Utara dan daratan Eropa.

Kamis, 4 Ramadhan 91 Hijriah atau 2 April 710 Masehi, Abu Zar’ah meninggalkan Afrika Utara menggunakan 8 kapal dimana 4 buah adalah pemberian Gubernur Julian. Tanggal 25 Ramadhan 91 H atau 23 April 710 H, di malam hari pasukan ini mendarat di sebuah pulau kecil dekat Kota Tarife yang menjadi sasaran serangan pertama.

Di petang harinya, pasukan ini berhasil menaklukan beberapa kota di sepanjang pantai tanpa perlawanan yang berarti. Padahal jumlah pasukan Abu Zar’ah kalah banyak. Setelah penaklukan ini, Abu Zar’ah pulang. Keberhasilan ekspedisi Abu Zar’ah ini membangkitkan semangat Musa bin Nusair untuk menaklukan seluruh Spanyol. Maka, ia memerintahkan Thariq bin Ziyad membawa pasukan untuk penaklukan yang kedua.

Thariq bin Ziyad bin Abdullah bin Walgho bin Walfajun bin Niber Ghasin bin Walhas bin Yathufat bin Nafzau adalah putra suku Ash-Shadaf, suku Barbar, penduduk asli daerah Al-Atlas, Afrika Utara. Ia lahir sekitar tahun 50 Hijriah. Ia ahli menunggang kuda, menggunakan senjata, dan ilmu bela diri.

Senin, 3 Mei 711 M, Thariq membawa 70.000 pasukannya menyeberang ke daratan Eropa dengan kapal. Sesampai di pantai wilayah Spanyol, ia mengumpulkan pasukannya di sebuah bukit karang yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar -diambil dari bahasa Arab “Jabal Thariq”, Bukit Thariq. Lalu ia memerintahkan pasukannya membakar semua armada kapal yang mereka miliki.

Pasukannya kaget. Mereka bertanya, “Apa maksud Anda?” “Kalau kapal-kapal itu dibakar, bagaimana nanti kita bisa pulang?” tanya yang lain.

Dengan pedang terhunus dan kalimat tegas, Thariq berkata, “Kita datang ke sini bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan: menaklukkan negeri ini lalu tinggal di sini atau kita semua binasa!”

Kini pasukannya paham. Mereka menyambut panggilan jihad Panglima Perang mereka itu dengan semangat berkobar.

Lalu Thariq melanjutkan briefingnya. “Wahai seluruh pasukan, kalau sudah begini ke mana lagi kalian akan lari? Di belakang kalian ada laut dan di depan kalian ada musuh. Demi Allah swt., satu-satunya milik kalian saat ini hanyalah kejujuran dan kesabaran. Hanya itu yang dapat kalian andalkan.

Musuh dengan jumlah pasukan yang besar dan persenjataan yang lengkap telah siap menyongsong kalian. Sementara senjata kalian hanyalah pedang. Kalian akan terbantu jika kalian berhasil merebut senjata dan perlengkapan musuh kalian. Karena itu, secepatnya kalian harus bisa melumpuhkan mereka. Sebab kalau tidak, kalian akan menemukan kesulitan besar. Itulah sebabnya kalian harus lebih dahulu menyerang mereka agar kekuatan mereka lumpuh. Dengan demikian semangat juang kita akan bangkit.

Musuh kalian itu sudah bertekad bulat akan mempertahankan negeri mereka sampai titik darah penghabisan. Kenapa kita juga tidak bertekad bulan untuk menyerang mereka hingga mati syahid? Saya sama sekali tidka bermaksud menakut-nakuti kalian. Tetapi marilah kita galang rasa saling percaya di antara kita dan kita galang keberanian yang merupakan salah satu modal utama perjuangan kita.

Kita harus bahu membahu. Sesungguhnya saya tahu kalian telah membulatkan tekad serta semangat sebagai pejuang-pejuang agama dan bangsa. Untuk itu kelak kalian akan menikmati kesenangan hidup, disamping itu kalian juga memperoleh balasan pahala yang agung dari Allah swt. Hal itu karena kalian telah mau menegakkan kalimat-Nya dan membela agama-Nya.

Percayalah, sesungguhnya Allah swt. adalah penolong utama kalian. Dan sayalah orang pertama yang akan memenuhi seruan ini di hadapan kalian. Saya akan hadapi sendiri Raja Roderick yang sombong itu. Mudah-mudahan saya bisa membunuhnya. Namun, jika ada kesempatan, kalian boleh saja membunuhnya mendahului saya. Sebab dengan membunuh penguasa lalim itu, negeri ini dengan mudah kita kuasai. Saya yakin, para pasukannya akan ketakutan. Dengan demikian, negeri ini akan ada di bawah bendera Islam.”

Mendengar pasukan Thariq telah mendarat, Raja Roderick mempersiapkan 100.000 tentara dengan persenjataan lengkap. Ia memimpin langsung pasukannya itu. Musa bin Nusair mengirim bantuan kepada Thariq hanya dengan 5.000 orang. Sehingga total pasukan Thariq hanya 12.000 orang.

Ahad, 28 Ramadhan 92 H atau 19 Juli 711 M, kedua pasukan bertemu dan bertempur di muara Sungai Barbate. Pasukan muslimin yang kalah banyak terdesak. Julian dan beberapa orang anak buahnya menyusup ke kubu Roderick. Ia menyebarkan kabar bahwa pasukan muslimin datang bukan untuk menjajah, tetapi hanya untuk menghentikan kezaliman Roderick. Jika Roderick terbunuh, peperangan akan dihentikan.

Usaha Julian berhasil. Sebagian pasukan Roderick menarik diri dan meninggalkan medan pertempuran. Akibatnya barisan tentara Roderick kacau. Thariq memanfatkan situasi itu dan berhasil membunuh Roderick dengan tangannya sendiri. Mayat Roderick tengelam lalu hanyat dibawa arus Sungai Barbate.

Terbunuhnya Roderick mematahkan semangat pasukan Spanyol. Markas pertahanan mereka dengan mudah dikuasai. Keberhasilan ini disambut gembira Musa bin Nusair. Baginya ini adalah awal yang baik bagi penaklukan seluruh Spanyol dan negara-negara Eropa.

Setahun kemudian, Rabu, 16 Ramadhan 93 H, Musa bin Nusair bertolak membawa 10.000 pasukan menyusul Thariq. Dalam perjalanan ia berhasil menaklukkan Merida, Sionia, dan Sevilla. Sementara pasukan Thariq memabagi pasukannya untuk menaklukkan Cordova, Granada, dan Malaga. Ia sendiri membawa sebagian pasukannya menaklukkan Toledo, ibukota Spantol saat itu. Semua ditaklukkan tanpa perlawanan.

Pasukan Musa dan pasukan Thariq bertemu di Toledo. Keduanya bergabung untuk menaklukkan Ecija. Setelah itu mereka bergerak menuju wilayah Pyrenies, Perancis. Hanya dalam waktu 2 tahun, seluruh daratan Spanyol berhasil dikuasai. Beberapa tahun kemudian Portugis mereka taklukkan dan mereka ganti namanya dengan Al-Gharb (Barat).

Sungguh itu keberhasilan yang luar biasa. Musa bin Nusair dan Thariq bin Ziyad berencana membawa pasukannya terus ke utara untuk menaklukkan seluruh Eropa. Sebab, waktu itu tidak ada kekuatan dari mana pun yang bisa menghadap mereka. Namun, niat itu tidak tereaslisasi karena Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memanggil mereka berdua pulang ke Damaskus. Thariq pulang terlebih dahulu sementara Musa bin Nusair menyusun pemerintahan baru di Spanyol.

Setelah bertemu Khalifah, Thariq bin Ziyad ditakdirkan Allah swt. tidak kembali ke Eropa. Ia sakit dan menghembuskan nafas. Thariq bin Ziyad telah menorehkan namanya di lembar sejarah sebagai putra asli Afrika Utara muslim yang menaklukkan daratan Eropa.

Labels:

Si Pedang Allah - Khalid bin Walid radhiallahu 'anhu

" ORANG seperti dia, tidak dapat tanpa diketahui dibiarkan begitu saja. Dia harus diincar sebagai calon pemimpin Islam. Jika dia menggabungkan diri dengan kaum Muslimin dalam peperangan melawan orang-orang kafir, kita harus mengangkatnya kedalam golongan pemimpin" demikian keterangan Nabi ketika berbicara tentang Khalid sebelum calon pahlawan ini masuk Islam.

Khalid dilahirkan kira-kira 17 tahun sebelum masa pembangunan Islam. Dia anggota suku Bani Makhzum, suatu cabang dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Walid dan ibunya Lababah. Khalid termasuk di antara keluarga Nabi yang sangat dekat. Maimunah, bibi dari Khalid, adalah isteri Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid ada hubungan keluarga, yakni saudara sepupunya. Suatu hari pada masa kanak-kanaknya kedua saudara sepupu ini main adu gulat. Khalid dapat mematahkan kaki Umar. Untunglah dengan melalui suatu perawatan kaki Umar dapat diluruskan kembali dengan baik.

Ayah Khalid yang bernama Walid, adalah salah seorang pemimpin yang paling berkuasa di antara orang-orang Quraisy. Dia sangat kaya. Dia menghormati Ka'bah dengan perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua tahun dialah yang menyediakan kain penutup Ka'bah. Pada masa ibadah Haji dia memberi makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina.

Ketika orang Quraisy memperbaiki Ka'bah tidak seorang pun yang berani meruntuhkan dinding-dindingnya yang tua itu. Semua orang takut kalau-kalau jatuh dan mati. Melihat suasana begini Walid maju ke depan dengan bersenjatakan sekop sambil berteriak, "Oh, Tuhan jangan marah kepada kami. Kami berniat baik terhadap rumahMu".

Nabi mengharap-harap dengan sepenuh hati, agar Walid masuk Islam. Harapan ini timbul karena Walid seorang kesatria yang berani di mata rakyat. Karena itu dia dikagumi dan dihormati oleh orang banyak. Jika dia telah masuk Islam ratusan orang akan mengikutinya.

Dalam hati kecilnya Walid merasa, bahwa Al Qur-'an itu adalah kalimat-kalimat Allah. Dia pernah mengatakan secara jujur dan terang-terangan, bahwa dia tidak bisa berpisah dari keindahan dan kekuatan ayat-ayat suci itu.

Ucapan yang terus terang ini memberikan harapan bagi Nabi, bahwa Walid akan segera masuk Islam. Tetapi impian dan harapan ini tak pernah menjadi kenyataan. Kebanggaan atas diri sendiri membendung bisikan-bisikan hati nuraninya. Dia takut kehilangan kedudukannya sebagai pemimpin bangsa Quraisy. Kesangsian ini menghalanginya untuk menurutkan rayuan-rayuan hati nuraninya. Sayang sekali orang yang begini baik, akhirnya mati sebagai orang yang bukan Islam.

Suku Bani Makhzum mempunyai tugas-tugas penting. Jika terjadi peperangan, Bani Muhzum lah yang mengurus gudang senjata dan gudang tenaga tempur. Suku inilah yang mengumpulkan kuda dan senjata bagi prajurit-prajurit.

Tidak ada cabang suku Quraisy lain yang bisa lebih dibanggakan seperti Bani Makhzum. Ketika diadakan kepungan maut terhadap orang-orang Islam di lembah Abu Thalib, orang-orang Bani Makhzum lah yang pertama kali mengangkat suaranya menentang pengepungan itu.

Latihan Pertama

Kita tidak banyak mengetahui mengenai Khalid pada masa kanak-kanaknya. Tetapi satu hal kita tahu dengan pasti, ayah Khalid orang berada. Dia mempunyai kebun buah-buahan yang membentang dari kota Mekah sampai ke Thaif. Kekayaan ayahnya ini membuat Khalid bebas dari kewajiban-kewajibannya.

Dia lebih leluasa dan tidak usah belajar berdagang. Dia tidak usah bekerja untuk menambah pencaharian orang tuanya. Kehidupan tanpa suatu ikatan memberi kesempatan kepada Khalid mengikuti kegemarannya. Kegemarannya ialah adu tinju dan berkelahi.

Saat itu pekerjaan dalam seni peperangan dianggap sebagai tanda seorang Satria. Panglima perang berarti pemimpin besar. Kepahlawanan adalah satu hal terhormat di mata rakyat.

Ayah Khalid dan beberapa orang pamannya adalah orang-orang yang terpandang di mata rakyat. Hal ini memberikan dorongan keras kepada Khalid untuk mendapatkan kedudukan terhormat, seperti ayah dan paman-pamanya. Satu-satunya permintaan Khalid ialah agar menjadi orang yang dapat mengatasi teman-temannya di dalam hal adu tenaga. Sebab itulah dia menceburkan dirinya kedalam seni peperangan dan seni bela diri. Malah mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga mencurahkan perhatiannya ke dalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakatnya yang asli, ditambah dengan latihan yang keras, telah membina Khalid menjadi seorang yang luar biasa. Kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap orang.

Pandangan yang ditunjukkannya mengenai taktik perang menakjubkan setiap orang. Dengan gamblang orang dapat melihat, bahwa dia akan menjadi ahli dalam seni kemiliteran.

Dari masa kanak-kanaknya dia memberikan harapan untuk menjadi ahli militer yang luar biasa senialnya.

Menentang Islam

Pada masa kanak-kanaknya Khalid telah kelihatan menonjol diantara teman-temannya. Dia telah sanggup merebut tempat istimewa dalam hati rakyat. Lama kelamaan Khalid menanjak menjadi pemimpin suku Quraisy. Pada waktu itu orang-orang Quraisy sedang memusuhi Islam. Mereka sangat anti dan memusuhi agama Islam dan penganut-penganut Islam. Kepercayaan baru itu menjadi bahaya bagi kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy sangat mencintai adat kebiasaannya. Sebab itu mereka mengangkat senjata untuk menggempur orang-orang Islam. Tunas Islam harus dihancurkan sebelum tumbuh berurat berakar. Khalid sebagai pemuda Quraisy yang berani dan bersemangat berdiri digaris paling depan dalam penggempuran terhadap kepercayaan baru ini. Hal ini sudah wajar dan seirama dengan kehendak alam.

Sejak kecil pemuda Khalid bertekad menjadi pahlawan Quraisy. Kesempatan ini diperolehnya dalam pertentangan-pertentangan dengan orang-orang Islam. Untuk membuktikan bakat dan kecakapannya ini, dia harus menonjolkan dirinya dalam segala pertempuran. Dia harus memperlihatkan kepada sukunya kwalitasnya sebagai pekelahi.

Peristiwa Uhud

Kekalahan kaum Quraisy di dalam perang Badar membuat mereka jadi kegila-gilaan, karena penyesalan dan panas hati. Mereka merasa terhina. Rasa sombong dan kebanggaan mereka sebagai suku Quraisy telah meluncur masuk lumpur kehinaan Arang telah tercoreng di muka orang-orang Quraisy. Mereka seolah-olah tidak bisa lagi mengangkat dirinya dari lumpur kehinaan ini. Dengan segera mereka membuat persiapan-persiapan untuk membalas pengalaman pahit yang terjadi di Badar.

Sebagai pemuda Quraisy, Khalid bin Walid pun ikut merasakan pahit getirnya kekalahan itu. Sebab itu dia ingin membalas dendam sukunya dalam peperangan Uhud. Khalid dengan pasukannya bergerak ke Uhud dengan satu tekad menang atau mati. Orang-orang Islam dalam pertempuran Uhud ini mengambil posisi dengan membelakangi bukit Uhud.

Sungguhpun kedudukan pertahanan baik, masih terdapat suatu kekhawatiran. Di bukit Uhud masih ada suatu tanah genting, di mana tentara Quraisy dapat menyerbu masuk pertahanan Islam. Untuk menjaga tanah genting ini, Nabi menempatkan 50 orang pemanah terbaik. Nabi memerintahkan kepada mereka agar bertahan mati-matian. Dalam keadaan bagaimana jua pun jangan sampai meninggalkan pos masing-masing.

Khalid bin Walid memimpin sayap kanan tentara Quraisy empat kali lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam. Tetapi mereka jadi ragu-ragu mengingat kekalahan-kekalahan yang telah mereka alami di Badar. Karena kekalahan ini hati mereka menjadi kecil menghadapi keberanian orang-orang Islam.

Sungguh pun begitu pasukan-pasukan Quraisy memulai pertempuran dengan baik. Tetapi setelah orang-orang Islam mulai mendobrak pertahanan mereka, mereka telah gagal untuk mempertahankan tanah yang mereka injak.

Kekuatannya menjadi terpecah-pecah. Mereka lari cerai-berai. Peristiwa Badar berulang kembali di Uhud. Saat-saat kritis sedang mengancam orang-orang Quraisy. Tetapi Khalid bin Walid tidak goncang dan sarafnya tetap membaja. Dia mengumpulkan kembali anak buahnya dan mencari kesempatan baik guna melakukan pukulan yang menentukan.

Melihat orang-orang Quraisy cerai-berai, pemanah-pemanah yang bertugas ditanah genting tidak tahan hati. Pasukan Islam tertarik oleh harta perang, harta yang ada pada mayat-mayat orang-orang Quraisy. Tanpa pikir panjang akan akibatnya, sebagian besar pemanah-pemanah, penjaga tanah genting meninggalkan posnya dan menyerbu kelapangan.

Pertahanan tanah genting menjadi kosong. Khalid bin Walid dengan segera melihat kesempatan baik ini. Dia menyerbu ketanah genting dan mendesak masuk. Beberapa orang pemanah yang masih tinggal dikeroyok bersama-sama. Tanah genting dikuasai oleh pasukan Khalid dan mereka menjadi leluasa untuk menggempur pasukan Islam dari belakang.

Dengan kecepatan yang tak ada taranya Khalid masuk dari garis belakang dan menggempur orang Islam di pusat pertahanannya. Melihat Khalid telah masuk melalui tanah genting, orang-orang Quraisy yang telah lari cerai-berai berkumpul kembali dan mengikuti jejak Khalid menyerbu dari belakang. Pemenang-pemenang antara beberapa menit yang lalu, sekarang telah terkepung lagi dari segenap penjuru, dan situasi mereka menjadi gawat.

Khalid bin Walid telah merobah kemenangan orang Islam di Uhud menjadi suatu kehancuran. Mestinya orang-orang Quraisylah yang kalah dan cerai-berai. Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai ahli siasat perang, kekalahan-kekalahan telah disunglapnya menjadi satu kemenangan. Dia menemukan lobang-lobang kelemahan pertahanan orang Islam.

Hanya pahlawan Khalid lah yang dapat mencari saat-saat kelemahan lawannya. Dan dia pula yang sanggup menarik kembali tentara yang telah cerai-berai dan memaksanya untuk bertempur lagi. Seni perangnya yang luar biasa inilah yang mengungkap kekalahan Uhud menjadi suatu kemenangan bagi orang Quraisy.

Ketika Khalid bin Walid memeluk Islam Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam sangat bahagia, karena Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat digunakan untuk membela Islam dan meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan peperangan Islam Khalid bin Walid diangkat menjadi komandan perang dan menunjukan hasil gemilang atas segala upaya jihadnya. Betapapun hebatnya Khalid bin Walid di dalam medan pertempuran, dengan berbagai luka yang menyayat badannya, namun ternyata kematianya di atas ranjang. Betapa menyesalnya Khalid harapan untuk mati sahid di medan perang ternyata tidak tercapai dan Allah menghendakinya mati di atas tempat tidur, sesudah perjuangan membela Islam yang luar biasa itu. Demikianlah kekuasaan Allah. Manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya sesuai dengan kemaua-Nya.

Labels:

Ammar bin Yasir

'Ammar bin Yasir
05/10/2002 - Arsip Profil/Tokoh

Yasir bin 'Amir, ayahanda 'Ammar, berangkat meninggalkan negerinya di Yaman guna mencari dan menemui salah seorang saudaranya... Rupanya ia berkenan dan cocok tinggal di Mekah. Bermukimlah ia disana dan mengikat perjanjian persahabatan dengan Abu Hudzaifah Ibnul Mughirah.
Abu Hudzaifah mengawinkan dengan salah seorang sahayanya bernama Sumayah binti Khayyath, dan dari perkawinan yang penuh berkah ini, dikarunia seorang putra bernama 'Ammar.
Keislaman mereka termasuk dalam golongan yang pertama, sebagaimana halnya dengan mereka yang pertama masuk Islam. Mereka cukup menderita dengan sikap kebiadaban dan kekejaman kaum Quraisy…
Orang-orang Quraisy menjalankan siasat terhadap kaum muslimin sesuai suasana: seandainya mereka ini golongan bangasawan dan berpengaruh, mereka hadapi dengan ancaman dan gertakan. Abu Jahal, misalnya, menggertak dengan ungkapan, "Kamu berani meninggalkan agama nenek moyangmu padahal mereka lebih baik daripadamu! Akan kami uji sampai dimana ketabahanmu; akan kami jatuhkan kehormatanmu; akan kami rusak perniagaanmu; dan akan kami musnahkan harta bendamu!" Setelah itu, mereka lancarkan kepadanya perang urat syaraf yang amat sengit. Sementara, sekiranya yang beriman itu dari kalangan penduduk Mekah yang rendah martabatnya dan yang miskin; atau dari golongan budak belian, mereka didera dan disulutnya dengan api bernyala.
Keluarga Yasir telah ditakdirkan oleh Allah SWT termasuk dalam golongan yang kedua ini. Maka, masuklah keluarga Yasir ke dalam kelompok yang mendapat perlakuan yang zalim dari mereka. Setiap hari, Yasir, Sumayyah, dan 'Ammar dibawa ke padang pasir Mekah yang demikian panas, lalu didera dengan berbagai adzab dan siksa.
Dengan cobaan itu, Sumayyah telah menunjukan kepada manusia sikap ketabahan, suatu kemuliaan yang tak pernah hapus dan kehormatan yang pamornya tak pernah luntur; suatu sikap yang telah menjadikannya seorang bunda kandung bagi orang-orang mu'min disetiap zaman, dan bagi para budiman sepanjang masa.
Pengorbanan-pengorbanan mulia yang dahsyat itu tak ubahnya sebagai tumbal yang akan menjamin bagi agama dan 'aqidah yang teguh dan tak akan lapuk. Ia juga menjadi teladan yang akan mengisi hati orang-orang beriman dengan rasa simpati, kebanggan dan kasih sayang; ia adalah menara yang akan menjadi pedoman bagi generasi-generasi mendatang untuk mencapai hakikat agama, kebenaran dan kebesarannya…
Untuk meletakkan dasar, memancangkan tiang-tiang, dan memperkokoh agama-Nya, Allah memperlihatkan model contoh melalui para pemuka dan tokoh-tokoh utamanya dengan sikap pengorbanan harta dan jiwanya agar menjadi teladan istimewa bagi orang-orang beriman yang kemudian.
Sumayyah, Yassir, dan 'Ammar adalah termasuk teladan istimewa, sampai-sampai Rasulullah SAW setiap hari mennghampiri tempat dimana mereka mendapat siksaan dari orang-orang zalim.
Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW mengunjungi mereka, 'Amar memanggilnya, katanya, "Wahai Rosulullah, adzab yang kami derita telah sampai ke puncak." Maka, seru Rasulullah SAW, "Sabarlah, wahai Abal Yaqdhan... Sabarlah, wahai keluarga Yasir…Tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah syurga!"
Betapa beratnya siksaan yang dialami 'Ammar oleh kaum yang zalim, dilukiskan oleh kawan-kawannya dalam beberapa riwayat: berkata 'Ammar bin Hakam, "Ammar itu disiksa - sampai-sampai ia tidak menyadari apa yang diucapkannya."
Berkata pula 'Ammar bin Maimun, "Orang-orang musyrik membakar 'Ammar bin Yasir dengan api." Maka Rasulullah SAW lewat di tempatnya, lalu memegang kepalanya dengan tangan beliau, sambil bersabda, "Hai api, jadikan kamu sejuk dan dingin di tubuh 'Ammar, sebagaimana kamu dulu juga sejuk dan dingin di tubuh Ibrahim!"
Orang-orang musrik menghabiskan segala daya dan upaya dalam melampiaskan kezaliman dan kekejiannya terhadap 'Ammar, sampai-sampai ia meresa dirinya benar-benar celaka, ketika siksaan itu mencapai puncaknya: didera, dicambuk, disalib di hamparan gurun yang panas, ditindih dengan batu laksana bara merah, dibakar dengan besi panas, bahkan sampai ditenggelamkan ke dalam air hingga sesak nafasnya dan mengelupas kulitnya yang penuh dengan luka. Ketika ia sampai tidak sadarkan diri karena siksaan yang demikian berat, orang-orang itu mengatakan kepadanya, "Pujalah olehmu Tuhan-Tuhan kami!" Mereka ajarkan kepadanya pujaan itu, sementara ia mengikutinya tanpa menyadari apa yang diucapkannya.
Ketika ia siuman sebentar karena siksaannya berhenti, tiba-tiba ia sadar akan apa yang telah diucapkannya. Maka, hilanglah akalnya dan terbayanglah diruang matanya, betapa besar kesalahan yang telah dilakukannya, suatu dosa besar yang tak dapat ditebus dan diampuni lagi..., Tetapi iradat Allah Yang Maha Agung lagi Maha Tinggi telah memutuskan agar peristiwa yang mengharukan itu mencapai titik kesudahan yang amat luhur.... Tangan yang penuh berkah itu terulur menjabat tangan 'Ammar sambil menyampaikan selamat kepadanya, "Bangunlah hai pahlawan! Tak ada sesalan atasmu dan tak ada cacat!"
Sungguh benar apa yang telah difirmankan Allah SWT, artinya, "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan: "Kami telah beriman," padahal mereka belum lagi diuji?" (Q. S. Al-'Ankabut: 2)
"Apakah kalian mengira akan dapat masuk Syurga, padahal belum lagi terbukti bagi Allah orang-orang yang berjuang diantara kalian, begitupun orang-orang yang tabah?" (Q. S. Ali Imran: 142)
"Sungguh, kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, hingga terbuktilah bagi Allah orang-orang yang benar dan terbukti pula orang-orang yang dusta." (Q. S. Al-'Ankabut: 3)
"Apakah kalian mengira akan dibiarkan begitu saja, padahal belum lagi terbukti bagi Allah orang-orang yang berjaung diantara kalia?" (Q. S. At-Taubah: 16)
"Dan musibah yang telah menimpa kalian disaat berhadapannya dua pasukan, adalah dengan adzin Allah, yakni agar terbukti baginya orang-orang yang beriman." (Q. S. Ali Imran:166)
'Ammar menghadapi cobaan dan siksaan itu dengan ketabahn luar biasa, hingga pendera-penderanya merasa lelah, lemah, dan bertekuk lutut di hadapan tembok keimanan yang maha kokoh. Memang, demikianlah Al-Qur'an mendidik para pemeluknya: menghadapi kekejaman dan kekerasan dengan kesabaran, keteguhan dan pantang menyerah, yang merupakan esensi dari keimanan.
Suatu ketika, Rasulullah SAW menjumpai 'Ammar; didapatinya ia sedang menangis, maka disapulah isak tangis itu dengan tangan beliau seraya sabdanya, "Orang-orang kafir itu telah menyiksamu dan menenggelamkanmu kedalam air sampai kamu mengucapkan begini dan begitu...?"
"Benar," wahai Rasulullah," ujar 'Ammar sambil meratap. Maka sabda Rasullah sambil tersenyum, "Jika mereka memaksamu lagi, tidak apa, ucapkanlah seperti apa yang kamu katakan tadi!"
Kemudian, Rasulullah membacakan kepadanya sebuah ayat:
"Kecuali orang yang dipaksa, sedang hatinya tetap teguh dalam keimanan." (Q. S. An-nahl: 106)
Setelah mendengarnya, kembalilah 'Ammar dengan hati yang diliputi rasa haru, tenang, dan bahagia: seolah telah hilang semua penderitaan yang selama ini ia rasakan.
'Amar menduduki martabat yang tinggi di tengah-tengah masyarakat Islam yang beriman; Rasulullah SAW amat sayang kepadanya; beliau sering membanggakannya kepada para sahabat lainnya, katanya, "Diri 'Ammar dipenuhi keimanan sampai ke tulang pungungnya!"
Ketika terjadi selisih faham antara Khalid bin Walid dengan 'Ammar, Rasullah bersabda:
"Siapa yang memusuhi 'Ammar, maka ia akan dimusuhi Allah; dan siapa yang membenci 'Ammar, maka ia akan dibenci Allah!"
Maka, tak ada pilihan bagi Khalid bin Walid, pahlawan Islam itu, selain segera mendatangi 'Ammar untuk mengakui kekhilafannya dan meminta maaf.
Mengenai perawakan 'Ammar, para ahli riwayat melukiskannya sebagai berikut:
Ia adalah seorang yang bertubuh tinggi dengan bahunya yang bidang dan matanya yang biru; seorang yang amat pendiam: tidak suka banyak bicara.
Sepak terjangnya di dalam medan pertempuran, 'Ammar termasuk pejuang militan yang tangguh. Ia senantiasa ikut bergabung bersama Rasulullah dalam semua perjuangan bersenjata seperti: perang Badar, Uhud, Khandak, dan Tabuk. Bahkan, tatkala Rasulullah telah mendahuluinya ke Ar-Rafiqul A'la, ia tidaklah berhenti, tetapi melanjutkan perjuangannya secara terus menerus.
Saat pasukan kaum muslimin berhadap-hadapan dengan kaum Persi dan Romawi, termasuk kaum murtad, 'Ammar - sebagai seorang prajurit yang gagah perkasa - selalu berada dibarisan pertama.
Pada masa khalifah Umar, 'Ammar bin Yasir, tokoh yang sangat perkasa dan kokoh imannya, juga dipilih untuk menjadi wali negeri di Kuffah; Ibnu Mas'ud sebagai bendaharanya. Kepada penduduknya, Ummar menulis sepucuk surat berita gembira dengan diangkatnya wali negeri baru itu, katanya:
"Saya kirim kepada tuan-tuan 'Ammar bin Yasir sebagai Amir, dan Ibnu Mas'ud sebagai bendahara dan wazir... Keduanya adalah orang-orang pilihan, dari golongan sahabat Muhammad SAW, dan termasuk pahlawan-pahlawan Badar!"
Dalam melaksankan pemerintahan, 'Ammar melakukan suatu sistem yang tidak dapat diikuti oleh orang-orang yang rakus akan dunia. Pangkat dan jabatannya tidak menambah kecuali keshalihan, zuhud dan kerendahan hatinya. Salah seorang yang hidup pada masanya di Kufah, Ibnu Abil Hudzail, bercerita, "Saya melihat 'Ammar bin Yasir sewaktu menjadi amir di Kufah membeli sayuran di pasar, lalu mengikatnya dengan tali dan memikulnya di atas punggung dan membawanya pulang."
Suatu ketika, salah seorang awam berkata (menghina) kepada 'Ammar bin Yasir, "Hai, yang telinganya terpotong!" Mendengar omongan orang itu, sang amir yang tidak kelihatan keamirannya, berkata, "Yang kamu cela itu adalah telingaku yang terbaik karena ia ditimpa kecelakaan waktu perang fi sabilillah."
Memang, telinga 'Ammar itu putus dalam perang sabil di Yamamah. Ketika itu, Ammar bin Yasir maju bagaikan angin topan dan menyerbu barisan tentara Musailamatul Kadzab sehingga melumpuhkan kekuatan musuh. Ketika gerakan pasukan muslimin mengendor, pasukan kafirin segera membangkitkan semangatnya dengan seruannya yang gemuruh, hingga mereka kembali maju menerjang bagaikan anak panah yang lepas dari busurnya.
Abdullah bin Umar r.a. menceritakan peristiwa itu sebagai berikut:
"Waktu perang Yamamah, saya melihat 'Ammar sedang berada disebuah batu karang. Ia berdiri sambil berseru, "Hai kaum muslimin, apakah tuan-tuan hendak lari dari Syurga...? Inilah, saya: 'Ammar bin Yasir, kemarilah tuan-tuan...! Ketika saya melihat dan memperhatikannya, kiranya sebelah telinganya telah putus beruntai-untai, sedang ia berperang dengan amat sengitnya."
Sementara itu, musuh-musuh Islam bergerak dibawah tanah: berusaha menebus kekalahannya dimedan tempur dengan jalan meyebarkan fitnah. Terbunuhnya Umar merupakan hasil pertama yang dicapai oleh gerakan atau subversi ini. Berhasilnya usaha mereka terhadap Umar, membangkitkan minat dan semangat mereka untuk melanjutkannya, mereka sebarkan fitnah dan nyalakan apinya disebagian besar negeri-negeri Islam. Gerakan ini menjalar ke Madinah.
Apa yang terjadi pada Umar r.a., terjadi pula pada diri Utsman r.a. Peristiwa itu menyebabkan syahidnya Utsman r.a. dan terbukanya pintu fitnah yang melanda kaum muslimin. Sepeninggal Utsman, kekalifahan dipegang oleh Ali r.a. Mu'awiyah bangkit hendak merebut jabatan khalifah dari tangan Ali r.a. Para sahabat, disamping berpihak kepada Ali, ada juga yang membela Mu'wiyah.
Tahukah anda, di pihak mana, 'Ammar berdiri waktu itu? Ia berdiri di samping Ali bin Abi Thalib: bukan karena fanatik tetapi karena tunduk kepada kebenaran dan teguh memegang janji - Ali adalah Khalifah kaum muslimin.
Dengan cahaya pandangan ruhani dan ketulusannya, 'Ammar dapat mengetahui pemilik hak satu-satunya dalam perselisihan ini. Menurut keyakinannya: tak seorang pun berhak atas hal ini, selain imam Ali. Oleh karena itu, ia berdiri disampingnya. Ali r.a. merasa gembira atas sokongan yang diberikan oleh 'Ammar. Keyakinan Ali r.a. bahwa ia berada pada pihak yang benar kian bertambah karena dukungan sahabatnya itu.
Kemudian, datanglah saat perang Shiffin yang mengerikan itu. Imam Ali menghadapi pekerjaan penting ini sebagai tugas memadamkan pembangkangan dan pemberontakan. Sementara, 'Ammar ikut bersamanya. Waktu itu, usianya telah mencapai 93 tahun. Ia bangkit menghunus pedangnya demi membela kebenaran yang menurut keimanannya harus dipertahankan.
Pandangan terhadap pertempuran ini telah lama di maklumkannya dalam kata-kata sebagai berikut:
"Hai ummat manusia! Marilah kita berangakat menuju gerombolan yang mengaku-ngaku hendak menuntutkan bela Utsman! Demi Allah, maksud mereka bukanlah hendak menuntutkan bahaya itu, tetapi sebenarnya mereka telah merasakan manisnya dunia dan telah ketagihan terhadapnya, dan mereka mengetahui bahwa kebanaran itu menjadi penghalang bagi pelampiasan nafsu serakah mereka. Mereka bukan yang berlomba dan tidak termasuk barisan pendahulu pemeluk agama Islam. Argumentasi apa sehingga mereka merasa berhak untuk ditaati oleh kaum muslimin dan diangkat sebagai pemimpin, dan tidak pula dijumpai dalam hati mereka perasaan takut kepada Allah, yang akan mendorong mereka mengikuti kebenaran…! Mereka telah menipu orang banyak dengan mengakui hendak menuntutkan bela kematian Utsman, padahal tujuan mereka yang sesungguhnya ialah hendak menjadi raja dan penguasa adikara!"
Kemudian diambilnya bendera dengan tangannya, lalu dikibarkannya tinggi-tinggi diatas kepala sambil berseru, "Demi Dzat yang menguasai jiwaku, saya telah bertempur dengan mengibarkan bendera ini bersama Rasulullah SAW, dan inilah aku siap berperang pula dengan mengibarkannya sekarang ini! Demi nyawa saya berada dalam tangan-Nya, seandainya mereka menggempur dan menyerbu hingga berhasil mencapai kubu pertahanan kita, saya tahu bahwa kita pasti berada di pihak yang haq, dan mereka di pihak yang bathil"
Orang-orang mengikuti 'Ammar, mereka percaya kebenaran ucapannya. Berkatalah Abu Abdirrahman Sullami, "Kami ikut serta dengan Ali r.a. dipertempuran Shiffin, maka saya melihat 'Ammar bin Yasir r.a. setiap ia menyerbu ke sesuatu jurusan atau turun ke suatu lembah, para sahabat Rasulullah pun mengikutinya, tak ubahnya ia bagai penji-panji bagi mereka"
'Ammar teringat akan sabda Rasulnya, "Ammar akan di bunuh oleh golongan pendurhaka," sehingga ia merasa peristiwa ini akan mengantarkannya menjadi syahid. Ia menerjuni akhir perjuangan hidupnya yang menonjol dengan gagah berani. Sebelum ia berangkat ke Rafiqul A'la, ia tanamkan pendidikan terakhir tentang keteguhan hati membela kebenaran.
Berita tewasnya 'Ammar segera tersebar, dan sabda Rasulullah SAW yang didengar oleh semua sahabatnya, sewaktu mereka sedang membina masjid di Madinah dimasa yang telah jauh sebelumnya, berpindah dari mulut ke mulut.
Maka, sekarang jelaslah, siapa kiranya golongan pendurhaka itu, tidak lain adalah golongan yang membunuh 'Ammar: yaitu dari pihak Mu'awiyah.
Dengan kenyataan ini semangat dan kepercayaan pengikut-pengikut Ali kian bertambah. Sementara di pihak Mu'awiyah, keraguan mulai menyusup kedalam hati mereka, bahkan sebagian telah bersedia hendak memisahkan diri dan begabung dengan Ali.
Setelah pemakaman 'Ammar, beberapa saat kemudian kaum muslimin berdiri kerheran-heranan dikuburnya…! 'Ammar berdendang di depan mereka di atas arena perjuangan, hatinya penuh dengan kemgembiraan, tak ubahnya bagi seorang perantau yang merindukan kampung halaman, tiba-tiba dibawa pulang, dan terlontarlah seruan dari mulutnya:
"Hari ini aku akan berjumpa dengan para kekasih tercinta, dengan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya."
Apakah ia telah mengetahui hari yang mereka janjikan akan dijumpainya? Para sahabat saling jumpa-menjumpai dan bertanya, "Apakah anda masih ingat waktu sore hari itu di Madinah, ketika kita sedang duduk-duduk bersama Rasulullah SAW, dan wajahnya berseri-seri lalu bersabda, "Syurga telah merindukan 'Ammar."
"Benar," ujar yang lain. "Dan waktu itu, juga disebutnya nama-nama yang lain, diantaranya: 'Ali, Salman dan Bilal…
Sumber: Karakteristik Perihidup Enam Puluh Shahabat Rasulullah, Khalid Muh. Khalid

Labels: